Twenty Two

94 78 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 22
𓆝 𓆟 𓆞

Tidur. Itulah yang harus Olivia lakukan. Dia mendapatkan kasur empuk dan sebuah bantal. Lampu tidur kuning dan ketenangan. Seharusnya dia sudah terlelap sejak tadi. Namun, Olivia masih terjaga. Tidak tau sampai kapan. Sulit untuk menyingkirkan apa yang akan terjadi besok. Itu membuatnya gugup, takut, dan ingin kabur dari siapapun termasuk Leo.

Untuk pertama kalinya dia ingin hilang dan tidak ditemukkan oleh siapapun. Namun, mustahil. Terjerat dalam pikirannya, Olivia tidak sadar kalau dirinya terlelap dan bangun karena suara ketokkan pintu berulang kali yang menyerukan untuk segera bangun.

Bagus. Hari pertama dan sepertinya baru saja melakukan kesalahan. Olivia mau tak mau membuka pintu kamarnya, mendapati wanita berambut merah terikat, matanya cokelat cenderung kuning dengan bercak cokelat di area pipi bawah mata.

"Baru bangun?"

"Maaf. Aku terlambat ya?"

"Tidak apa-apa, ini masih hari pertama. Oh ya, aku Kate yang akan menemanimu sepanjang kamu ada di sini. Ada banyak hal yang akan kujelaskan seiring berjalannya waktu nanti. Sekarang, kita sarapan dulu."

"Aku ganti baju dulu sebentar."

Kate mengangguk. Olivia kembali menutup pintu kamarnya. Kate membawa kesan baik untuk pertama kali. Dari cara bicaranya, dia kelihatan mampu diandalkan dan punya hati yang baik.

Olivia menarik napas, meyakinkan dirinya agar semuanya akan baik-baik saja. Dia kembali melihat Kate sedang bersender dengan tangan di belakang dan kepala menunduk.

"Ayo," katanya menyadari kehadiran Olivia.

Belum ada siapa-siapa di ruang makan. Sekarang tepat pukul tujuh pagi padahal kemarin dia ingat kalau Leo mengatakan peraturan bangun pagi adalah jam lima.

Olivia mengikuti Kate mengambil nampan makan. Karena mulutnya masih terasa hambar, Olivia hanya mengambil sedikit nasi, satu ayam dengan potongan paling kecil, lalu sayuran yang dia sesuaikan dengan porsi nasinya.

"Apa aku sangat terlambat?"

"Tidak manis, akan kuberitahu jadwalmu sambil makan."

Porsi makan Kate dua setengah kali lipat dari milik Olivia.

"Serius kau hanya makan segitu?"

Olivia hanya mengangguk.

"Oh iya, maaf, Leo sudah cerita katanya indra pengecapmu sedang tidak berfungsi dengan normal."

"Benar."

Padahal makanan di depannya terlihat lumayan menggiurkan tetapi ketika dirasa semuanya hambar.

"Oke jadi, kamu punya empat kelas setiap hari. Kelas IT, olahraga, menembak, dan kelas pertahanan diri. Mulai besok akan ada alarm pukul lima pagi, lalu akan ada olahraga sebentar sebelum sarapan jam delapan."

"Apa bakalan sulit?"

"Tenang saja, kau akan diajari dengan santai."

Kelihatan tidak sulit. Olivia yakin dia hanya akan gugup hari ini atau paling tidak besok. Tapi kelas IT Sungguh membebaninya. Dia tidak pernah tertarik dengan ilmu komputer. Meskipun Kate tidak bakalan menggigitnya tapi Olivia tidak berani menawar soal kelas yang bakalan dia dapatkan atau menanyakan untuk apa dia belajar IT. Lagipula Olivia tidak menemukan kelas lain yang terdengar lebih bagus.

"Apa aku boleh tanya sesuatu?" tanya Olivia mengingat sesuatu yang lain.

"Apapun."

Olivia ragu-ragu untuk membahas itu tapi dia tidak bisa diam saja selagi Kate terus menatapnya sambil mengunyah.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang