Eighteen

124 96 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 18
𓆝 𓆟 𓆞

Kematian sepertinya memang semakin dekat ketika kau merasa hampir hidup sepenuhnya. Begitulah yang dirasakan Olivia. Keringat menetes dari pelipisnya. Semakin dia mencoba lari dan bersembunyi dari ular-ular kecil itu semakin rasanya dia ingin melihat hari besok.

Lututnya sakit, atmosfer di sekitarnya begitu lembab. Olivia berhenti sejenak, dia merasa sudah terlalu jauh untuk merangkak. Olivia merasa dia tidak bisa hanya diam jadi perlahan-lahan dia menggeser tubuhnya. Menyeretnya sedikit demi sedikit sebelum kembali dibuat merinding ketika mendengar desisan desisan itu semakin mendekat dan banyak.

Napasnya mulai tidak teratur. Olivia perlahan-lahan terus menggeser tubuhnya karena lututnya masih kelewat sakit. Bersatu dalam kegelapan. Dia beraharap ular itu tidak mampu menemukannya tapi jelas makhluk itu dapat mencium aromanya.

Olivia berhenti, dia bisa merasakan detak jantungnya sendiri yang mungkin sudah di atas seratu empat puluh dan terus meningkat ketika bunyi-bunyi itu semakin dekat.

Mungkin jantungnya benar-benar berhenti hanya untuk sedetik ketika dia bisa merasakan dengan jelas ada makhluk lain persis di sampingnya

Sekarang desisan itu tepat di sampingnya. Masuk dengan sangat jelas ke dalam pendengarannya. Mengalirkan sinyal yang membuatnya juga tidak bernapas sebelum Olivia merasakan pita suaranya hampir putus karena berteriak begitu kencang.

"Pergi dari sana! Pergi!"

Namun yang dia lakukan hanya memancing kawanannya untuk datang. Olivia tidak kuat lagi, selain sakit rasanya juga makin sangat menakutkan seiring berjalannya waktu.

Terowongan sempit membuat kengeriannya makin memuncak, dia mencoba menendang penutup ventilasi di depannya agar dia bisa keluar dari sini.

"Jangan jangan minggir!"

Olivia berhasil melepaskannya dan tidak lama dia jatuh dari ketinggian yang cukup memprihatinkan untuk keselamatan tulangnya.

"Go away from me!" serunya terdengar sangat memilukkan.

Pintu terbanting dengan sangat keras. Olivia tidak tau apa yang disemprotkan padanya, tapi ada semacam asap yang terasa dingin ketika menyentuh kulitnya.

"Aku di sini, bantuan datang!"

Suara laki-laki agak cempreng tapi merdu itu terdengar tidak asing di telinga Olivia. Olivia tidak bisa melihat dengan jelas wajah itu. Kosentrasinya terpusat sepenuhnya agar bisa bernapas dengan baik tapi terasa sangat sulit.

"Olivia listen, tarik napas, hembuskan, tarik napas, hembus."

Instruksi diikuti dengan baik sehingga satu masalah Olivia berkurang.

"Good, kau baik-baik saja sekarang."

Tidak dengan rasa sakit pada kakinya, seperti digigit ratusan semut berulang kali dan rasanya semakin parah kemana-mana. Erangannya tidak tertahankan, dia mungkin merasakan rasa yang Liam alami tadi.

"Uh, tidak juga, kabar baiknya adalah hanya ada satu gigitan dari puluhan ular yang mengerubungimu tadi dan sedikit kabar buruk karena aku tidak punya penawarnya yang asli."

Kini Olivia bisa mengenali siapa si pahlawan kesiangan di sampingnya. Si detektif yang punya alergi ringan pada manusia.

"Tapi aku yakin ini jelas bisa membantu, yah setidaknya menunda kematianmu."

Saking sakitnya rasa sakit yang Olivia dapatkan, suntikkan yang diberikan Leo tidak terasa apa-apa tapi efeknya begitu teras. Olivia jauh bisa berpikir jernih saat ini.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang