Thirty Two

27 7 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 32

𓆝 𓆟 𓆞

Disinilah Olivia sekarang, menunggu Josh datang ke kemar hotel yang sudah ia pesan dengan imajinasi dimana dia akan menonjok wajah pria itu lalu menendangnya sebelum ia banting tubuhnya ke lantai.

"Dia belum datang?" tanya Theodore membuka pintu lemari. Disanalah dia bersembunyi untuk menangakap Josh nantinya atau membantunya kalau ia sendiri kewalahan.

Baru saja ditanya Olivia bisa mendengar pintu yang tidak jauh darinya diketuk.

"Hai," sapa Olivia ketika melihat Josh dengan gayanya yang sok cool.

Jantungnya mulai berdebar, Josh jelas datang siap untuk memakannya tanpa basa basi. Olivia membiarkannya sejenak sebelum semuanya terasa makin jauh. Dia memanfaatkan momentum dimana dirinya menendang titik terlemahnya .

"Maaf."

Lalu Olivia tidak membuang waktu untuk kembali menghajar Josh. Dia sempat mendapat perlawanan, pipinya terasa ngilu ketika dipukul terlalu keras tapi berkat vas bunga yang ia lemparkan Josh berhasil tumbang walau ia masih sadar karena ringisannya mengalun jelas.

"Apa aku terlalu keras?"

"Yeah, sedikit, sepertinya kepalanya perlu kujahit tapi terima kasih, aku akan mengurusnya," ucap Theodore keluar dari lemari.

Theodore memborgol tangan Josh ke belakang. Olivia mencari-cari dompet pria itu untuk menemukan kartu yang bisa membawanya masuk ke tempat Natalia.

"Gotcha," ungkapnya ketika mendapatkan kartu akses masuk.

Tidak lama, terdengar gedoran pintu yang membuat mereka berdua kompak menengok.

"Kelihatannya kita punya banyak musuh di luar."

Olivia mengulas senyum, menit-menit berikutnya mereka bersama-sama membereskan musuh. Olivia merasa dirinya sudah seperti ninja yang mampu menghindari semua peluru, tatapannya memang tajam sedari dulu. Bantuan datang lumayan cepat sehingga Olivia bisa pergi tanpa terlambat.

"Kuserahkan sisanya padamu!" seru Olivia berlari mundur sebelum ia balik masuk ke mobil Leo.

Olivia memakai celana panjang dengan atasan pendek dan jaket kulit. Dia tidak ingin membawa pistol tapi tampaknya ia butuh satu untuk berjaga-jaga dan beberapa benda tajam yang ia selipkan di balik jaket maupun di dalam celana.

Dia melangkah percaya diri dan diperbolehkan masuk setelah mengatakan sebuah kebohongan. Suasana tidak jauh berbeda hanya saja malam ini lebih ramai. Natalia tidak ada bosannya bermain blackjack, Olivia menunggu giliran bermain tapii sepertinya masih lama. Jadi dia berdiri agak jauh sambil kembali mengambil toples isi cokelat yang sempat ia habiskan seperempat kemarin.

Permainan berjalan dengan cepat, Oliva meletakkan toplesnya kembali ketika sepertinya permainan sudah selesai. Langkahnya baru beberapa ubin tapi ada yang menariknya tiba-tiba dari belakang.

"Hei!"

Karena terlalu ramai dan pencahayannya lumayan gelap, Olivia belum tahu siapa yang menariknya dan ia tidak bisa melepaskan cengkraman itu.

Sati-satunya tempat yang lumayan sepi sepertinya memang toilet, punggungnya di dorong ke dinding lalu topeng matanya dilepas paksa.

"Lihat, dugaanku tidak salah, Little Pisces."

Olivia memutar bola matanya, dia mencoba berani menatap Liam yang sedang sangat mengimiditasinya.

"Toilet? Tidak ada tempat yang lebih bagus?"

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang