Eight

216 176 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 8
𓆝 𓆟 𓆞

Belum ada yang berubah dihari kelima pernikahan mereka yang Olivia harapkan bisa begitu terus. Dia mengerjap beberapa kali, cahaya yang menembus dari luar selalu sukses membuat Olivia bangun.

"Aku tidak ingin pergi kerja," kata Liam lalu mengeratkan pelukannya, suaranya kelewat serak seperti biasa kalau pagi-pagi.

"Pasienmu sudah mengantri," sahut Olvia, dia membalik badannya agak bisa melihat wajah Liam.

Bibir bawah Liam maju, membuat Olivia gemas dan menangkup kedua pipinya. Dia juga sebenarnya agak sedikit malas untuk kembali ke rumah sakit. Lima hari kemarin membuat Olivia kelewat nyaman untuk tidak melakukan apa-apa.

"Aku boleh merekrutmu jadi anestesi tetapku kan?"

"Telat, aku sudah ada jadwal dengan pasien lain hari ini."

Liam kembali menjulurkan bibirnya ke bawah.

"Oke, mulai besok."

"Mulai minggu depan."

"Gitu ya!"

Olivia tertawa, dia belum pernah melihat Liam marah. Mungkin tidak sekarang atau mungkin tidak akan pernah.

Mereka baru berpisah di rumah sakit, Olivia duduk di kursi kerjanya dan dia merasa begitu bersemangat untuk bekerja hari ini. Rasanya ada hal yang dia nantikan sepulang kerja nanti sehingga membuatnya semangat seharian.

"Kamu kenapa gak tukeran aja sama dr. Stella?" tanya Liam di depan ruang operasi. Olivia menengok, dia juga barusa mau masuk ke ruang operasi.

"Tidak bisa, aku akan menunggumu kalau aku selesai duluan."

Kebiasaan Liam menekuk bibirnya ke bawah.

"Oke, hati-hati, aku juga akan menyelesaikannya dengan cepat."

Hari itu operasi Olivia selesai jauh lebih cepat. Dia memutuskan untuk pergi mengemasi barangnya lalu menunggu di dekat ruang operasi sambil menonton drama dari ponselnya.

Satu episode habis tapi operasi belum selesai, Olivia melanjutkan menonton sampai di pertengahan episode ketiga akhirnya ruangan operasi terbuka. Liam biasanya dia keluar duluan sebelum pasien tapi kali ini agak berbeda, Olivia tidak melihat Liam yang ada malah dokter lain.

"Maaf, dimana Liam?"

"Ooh tadi dia hanya masuk sebentar, dokter Willy yang mengoperasinya."

Olivia berkedip, dia diam agak lama karena kesulitan mencerna. Diteleponnya Liam tapi tidak ada jawaban. Tidak ada ruang operasi lain yang sedang beroperasi dan ruang kerjanya kosong.

Olivia mencoba menelepon sekali lagi tapi tidak diangkat. Dia mencoba melihat mobil Liam tapit tidak ada juga, tidak tau kemana pria itu pergi.

Langkah kakinya tak menentu, perutnya sudah lapar, tiga jam lebih waktunya terbuang hanya untuk menunggu sesuatu yang tidak ada.

Olivia berhenti di kedai makan ayam yang aromanya menggelitik perutnya. Dia tidak punya semangat meskipun telah memesan ayam kelewat banyak. Ketika ponselnya berdering, Olivia lumayan penasaran karena Liam yang memanggilnya.

"Dimana?"

"Tempat makan ayam sebelah rumah sakit."

"Oke, maaf operasinya agak lama."

"Operasinya sudah selesai?"

Liam mengiyakan, "Tunggu ya sayang."

"Oke."

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang