Thirty Eight

11 2 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 38
𓆝 𓆟 𓆞


Pintu terbuka dengan lebar sehingga cahaya masuk dari luar sebelum kembali menghilang bersamaan dengan pintu yang tertutup. Seseorang dengan kemeja hitam panjang masuk membawa lima buah amplop dalam tangannya sebelum membagikannya pada lima orang yang tengah duduk di meja bulat sambil bermain kartu.

"Wow, sudah lama aku tidak menerima surat," peruntuk Luna melihat pada sebuah amplop berbentuk persegi panjang dengan gambar hiasan ikan.

"Dari siapa?" tanya Zen pada pria pembawa surat.

"Tidak tahu sir, kami pikir hanya pesan iseng tapi terus datang setiap jam nya."

"Menarik. Aku akhirnya punya fans," ucap Nathan lalu membuka amplopnya dan membacakannya keras-keras. "Tuhan sudah ingin bertemu denganmu."

Sebelah alis Nathan naik, matanya berbinar, "Aku tidak sabar menunggu undangan makan malam."

"Ini dari pisces kecilmu itu kan?"

Liam hanya melirik. Ia belum membuka lipatan kertasnya dan pertanyaan Jack barusan tidak perlu ditanya lagi kebenarannya.

get ready.

-SPICY PISCES

"Kita dapat pesan yang berbeda."

"Kudengar James mendapatkan bayinya."

"Kau mengatakannya seolah itu baru kemarin padahal sudah satu bulan yang lalu," cibir Luna.

Jack melihat ke samping, mendapati wajah masam Liam yang masih memandangi suratnya. Semuanya sepertinya mendapatkan pesan tapi Jack sendiri mendapatkan gambar otak berlumur darah babi.

Tangannya bergerak di pundak Liam menuju belakang lehernya.

"Aku mau main golf, kalau kau mau ikut."

Liam hanya melirik. Dia berhembus berat. Tidak tahu kenapa dia sudah menonton Jack sedang memukul bola golf berkali-kali.

"Kemana si tikus got?"

Satu bola lagi berhasil Jack pukul. Liam hanya diam tidak menyahut apa-apa.

"Kau sudah tahu darah anak itu?"

Jack kembali memukul berkali-kali sebelum melemparkan tongkatnya ke bawah, mengambil sebotol air lalu duduk di sebelah Liam.

"Jadi ini pilihanmu?" tanya Jack masih tidak bosan meskipun ia tidak mendapat tanggapan. "Pilihanmu adalah tidak memilih tapi sepertinya perilakumu condong untuk memihak kepada kami."

Liam masih tidak bergeming.

"Kalau aku diposisimu, aku akan memihaknya Liam. Dia gadis kecil yang malang."

"Perlu cermin?"

Jack terkekeh, "Benar. Aku juga tidak sanggup melawannya. Perintahnya seperti hipnotis."

"Tapi, kau menyia-nyiakan kemenangan. Aku masih tidak mengerti, kenapa? Kau merasa punya hutang padaku?" pertanyaan Jack berhasil membuat Liam menengok.

"Tidak," jawabnya singkat.

Sebelah alis Jack naik sebelum ia menyungging sebuah senyum, "Begitu ya." Tangannya bergerak untuk menghempaskan rambut Liam yang menghalangi mata.

"Aku tahu Jack, kau yang meracuni mom."

Ekspresi Jack berubah serius.

"Kau tidak pernah membantu di dapur tapi waktu itu kau menawarkan diri, kupikir kau hanya memasukan gula ke jus tapi malamnya mom masuk rumah sakit. Apa aku benar Jack?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang