Twenty Six

52 38 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 26
𓆝 𓆟 𓆞

Olivia berjengit terbangun. Dia melihat layar laptopnya yang masih sama seperti kemarin. Ketiduran. Matanya mencari-cari jam dinding. Sudah jam sembilan pagi. Olivia buru-buru bangun. Ada suara berisik dari bawah serta aroma menyengat dari bumbu dapur yang membuatnya batuk-batuk.

Langkahnya turun ke bawah, mendapati Leo sedang asik bermain dengan penggorengan.

"Kenapa kamu tidak membangunkanku?"

"Memangnya ada agenda khusus hari ini?"

Olivia membuka lemari pendingin, "Aku juga mau pergi ke supermarket," katanya mendapat lemari yang kemarin kosong sudah penuh dengan macam-macam bahan makanan.

"Kamu suka susu plain?" tanya Olivia mengamati stock susu plain ada begitu banyak.

"Aku benci susu."

"Tau darimana ini favoritku?"

"Kata siapa itu buat kamu? Aku mau coba-coba resep kue."

Olivia mencibir, dia mengambil satu lalu dia bawa naik ke atas karena di bawah baunya terlalu menyengat. Kembali ke depan layar komputernya, Olivia memutar bola matanya malas ketika dia harus melakukan pembaruan software.

Dia hanya menunggu sambil memutar-mutar kursinya. Menunggu laptopnya selesai sedikit lama sampai perutnya merasa lapar. Olivia turun ke bawah, Leo hanya memasak makanan untuk dirinya sendiri membuat Olivia memutuskan untuk membuat mi instan.

"Kamu pernah lihat buku diary Liam gak?"

"Laki-laki menulis diary?"

Olivia mendesis, dia tidak menyahut lagi dan Leo juga tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Habis sarapan ada yang perlu kita diskusikan."

Olivia mengambil tempat di depan Leo setelah makananya jadi. "Soal apa?"

ANGGOTA KUCING-KUCING NAKAL

Begitulah yang Leo tulis di sebuah papan putih sebagai judul sebelum bagan di bawahnya terlalu rumit. Tongkat sudah berada di tangannyan

"Aku pernah mencari tahu soal anggota-anggota mereka dulu, yang kutulis di bawah sini adalah orang-orang yang paling rendah dari mereka semua dan paling mudah disingkirkan tapi ada lebih baiknya kau buat orang di atasnya yang menyingkirkan orang-orang ini begitu pula seterusnya. Dengan begitu tanganmu akan bersih dari darah."

"Bagaimana caranya?"

"Itu tugasmu."

Olivia berdecak, "Aku butuh banyak informasi mereka untuk bisa memikirkan cara mengadu domba mereka."

Leo menunjuk-nunjuk pada tumpukkan kertas di sebelahnya yang tingginya sudah sampai sepundaknya.

"Lain kali kau harus mendiskusikan soal pembagian kerja."

Leo tersenyum penuh kemenangan. "Nah, kau butuh waktu untuk mempelajarinya. Aku bakalan duduk diam di sini siapa tahu ada yang mau kamu tanyakan," ujarnya lantas duduk santai.

"Kamu udah baca semuanya?" tanya Olivia mengambil tumpukkan yang ada di paling atas.

"Tentu."

Olivia menandai setiap hal yang sekiranya penting. Ada sekitar dua puluh orang yang perlu dia urus. Dimulai dari yang paling mudah, Olivia mencermati ada tiga orang yang Leo letakkan pada bagan paling bawah memiliki kesamaan kecil yang menurut Olivia mencolok dan paling mudah untuk dirasuki.

"Sekarang hari apa?"

"Sabtu."

"Bagus, kamu mau ikut ke gereja?" Olivia melontarkan senyumannya pada Leo. Pria itu menangkapnya sebagai sebuah ide cemerlang yang baru walau dia belum mendengar apa yang akan dikatakan Olivia.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang