Thirty One

23 7 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 31
𓆝 𓆟 𓆞

Totalnya pasti sudah lebih dari seratus jumlah pesan yang dikirim Olivia sejak kepergian Leo. Olivia membuat skenario paling buruk yang mungkin menimpa Leo. Entah pria itu sedang ditawan atau mungkin sudah mati.

"Setidaknya beri aku kabar," cibir Olivia membuang ponselnya ke kasur. Waktu tidak bisa dihentikan atau dimajukan. Dia lagi-lagi terjebak pada situasi menegangkan yang ia buat karena tingkahnya sendiri.

Olivia mengalihkan pandangan kepada atasan merah berpadu hitam berbentuk kupu-kupu dengan lengan panjang dengan bawahan celana hitam cokelat dengan macam-macam hiasan dibagian pinggan. Itu pemberian Josh yang menyuruhnya untuk dipakai malam ini.

Bosan dengan rambut palsu pendek, Olivia memilih untuk mengenakan rambut palsu yang lebih panjang dengan warna yang sama dan ada tambahan poni. Dia sedang ingin mengepang kedua rambutnya dengan tambahan pita merah pada kedua sisi.

Beberapa kali dia tersenyum di depan cermin karena merasa dirinya cantik. Entah kenapa hari ini Olivia merasa sangat senang saat merias wajahnya. Olivia tidak mungkin meminta Josh menjemputnya di rumah Leo jadi dia pergi ke cafe satu jam sebelum ia meminta untuk menjemput.

Awalnya dia hanya mau memesan secangkir teh tapi melihat kue-kue yang disajikan membuatnya ingin mencoba. Olivia pikir dia membeli hanya karena matanya yang lapar tapi sepertinya perutnya juga.

"Belepotan, bersihkan mulutmu," peruntuk Josh beberapa detik setelah Olivia masuk ke mobilnya.

"Mobilmu tidak ada tisu?"

Josh tidak menjawab. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Olivia menggandeng tangan Josh karena malam ini mereka adalah seorang pasangan. Kartu akses, itulah yang Olivia butuhkan kalau dia mau masuk tanpa Josh. Dan bagaimana mendapatkannya menjadi masalah baru untuknya yang akan dia pikirkan nanti.

Olivia menarik napas ketika dia akhirnya sampai. Dia yakin akan menemui banyak musuh. Ada cukup banyak orang. Nyala lampu dominan ungu. Di bawah sana Olivia bisa melihat ada wanita-wanita yang sedang melakukan pole dance. Beberapa orang bermain game arkade, ada juga yang bermain biliar, catur atau hanya minum-minum.

Namun saat matanya melihat lebih jauh atau bahkan lebih dekat lagi secara teliti ada juga yang sedang bercumbu panas lalu di ujung sana dia bisa melihat Natalia sedang bermain blackjack.

Josh menuntunnya turun ke bawah. Sejauh ini belum ada yang Olivia kenal. Dia mengamati capit permen Celestial dan bagaimana tiga orang yang baru saja bermain saling tertawa mengejek setelah hanya mendapatkan permen biasa.

"Ini jauh lebih besar dari yang kukira."

"Bangunannya legal."

Info yang menarik. Olivia mendekatkan wajahnya untuk bisa berbisik.

"Aku tidak mau bicara dengan siapa-siapa."

Baru saja dia bilang seperti itu mendadak ada yang menghampiri Josh dan Olivia tahu siapa dia. Zen Bryson. Mereka awalnya saling menyapa lalu berpelukan dengan wajah sumingrah.

"Siapa dia?"

"Ella es mi amor."

"Wow, jadi kamu akan memesan kamar malam ini?"

"Mungkin yeah, kita mau bersenang-senang dulu sebentar."

Sekarang mata Zen melihat penuh kearahya, Olivia hanya memasang senyum canggung.

"Enjoy your night, miss."

Olivia hanya mengangguk, dia merasa takut untuk mengeluarkan suaranya di depan Zen.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang