Thirty Four

15 7 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 34
𓆝 𓆟 𓆞

Leo mengamati barang-barang di rumah Olivia. Setelah meretas cctv ia kini tidak tahu harus melakukan apa selain bersembunyi dari Liam. Dirinya menghitung sejak hari terakhirnya pergi sebelum mulai berjalan bolak balik meruntuki semua hal yang terjadi termasuk memaki dirinya sendiri.

Tepat sebulan yang lalu ia pergi meninggalkan Olivia sendirian demi kliennya yang lain dan kini ada sedikit penyesalan dalam dirinya. Leo berhembus, dia duduk di lantai menyender pada meja dapur lalu menulis sesuatu pada catatannya tentang apa yang ia pikirkan seakarang.

Pertama-tama nanti dia akan meminta maaf kepada Olivia karena sudah meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa. Leo hanya mementingkan kasus barunya yang lain padahal Olivia juga termasuk salah satu kliennya.

Kedua dia ingin memuji keberhasilan dan keberanian Olivia setelah menangkap satu orang sendirian. Leo menunggu dengan kekesalan yang terus memercik setiap jamnya.

Ketegangannya dimulai ketika ia mendengar suara pintu ditutup. Leo mengambil posisi, dia menjauhi area dapur karena kemungkinan besar Liam akan mengambil air.

Leo mengendap-ngendap menuju area belakang dapur. Ketika mendengar langkah mendekat ia mengintip sedikit, dugaannya benar, Liam sedang mengambil air di dispenser.

Tubuhnya ia rapatkan ke dinding ketika Liam berjalan menjauh. Leo kembali mengendap-ngendap ke dekat untuk melihat kemana Liam pergi.

Ada sebuah kelegaan ketika Liam kembali menaiki tangga ke atas. Dirinya menunggu lagi sampai Liam kembali turun dan yang ia tunggu-tunggu tidak lama turun dengan memakai kacamata.

Leo mengambil posisi lumayan jauh tapi dia tetap bisa melihat aktivitas Liam di dapur. Leo ingin mengumpat ketika Liam berjalan ke arah tempat persembunyiannya, dirinya masuk ke sebuah gudang dengan model pintu geser yang sudah setengah terbuka.

Namun sepertinya tujuan Liam memang masuk ke sini untuk mengambil persediaan bumbu yang habis.

Tidak ada tempat bersembunyi yang bagus kecuali sebuah kardus kosong tinggi di ujung. Leo mengangakt beras yang ada di dalamnya lalu masuk dan menaruh beras itu di atasnya. Ia harap barusan tidak membuat suara yang membuat Liam curiga.

Lampu dinyalakan, jantungnya berdebar, dalam kepalanya Leo sudah menciptakan skenario dimana dirinya akan menghajar pria itu kalau semisal menemukannya di sini.

Lama ia menunggu sampai lampu dimatikan, perlahan-lahan Leo mengintip lalu mendesah lega ketika Liam sudah pergi. Dia baru keluar dari kardus ketika mendengar suara Liam yang sedag memotong.

Punggungnya menyender pada dinding di sebelah kardus. Ketika tidak terdengar suara apa-apa lagi dari dapur, Leo kembali beranjak untuk mengintip lalu mendengar suara pintu kembali ditutup.

Kini Leo tinggal menunggu kepergian Liam tapi ternyata pria itu tidak kunjung meninggalkan rumah. Perutnya lama-lama lapar sehingga ia mengambil sebuah roti dan selai untuk dimakan.

Semakin siang, Liam kembali turun dengan pakaian santai lalu pergi keluar. Batin Leo bersorak, dia berjalan cepat tanpa membuat suara ke atas.

"Oliv, dia sudah pergi," peruntuk Leo melihat Olivia yang sedang bersender pada kasur.

"Yeah, kakiku masih agak sakit."

"Tapi kau bisa jalan kan?"

"Sepertinya."

Olivia baru mau bangkit berdiri sebelum ada bunyi langkah seseorang mendekat.

"Sial, dia kembali." Leo mengumpat lalu cepat-cepat mencari tempat sembunyi.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang