Twenty Nine

49 19 0
                                    

𓆝 𓆟 𓆞
BAB 29
𓆝 𓆟 𓆞

Olivia bohong kalau dirinya bisa tidur. Satu hari sudah berlalu tapi berita itu terus mengusiknya. Akhirnya dia bangkit dari ranjang. Antara olahraga atau makan agar ia bisa tidur. Belum terlalu malam untuknya pergi ke kota.

"Aku mau makan ribs di Sandy Sea, mau ikut?" tanya Olivia dengan setengah kepala yang melongok masuk ke kamar Leo.

"Tidak."

Sandy Sea dekat dengan laut dan selalu ramai setiap malam karena banyak penjual makanan dengan harga ramah di kantong. Banyak kenangan yang dia bangun di Sandy Sea. Dia pernah duduk melihat laut sampai tengah malam ketika akademi yang dia pilih membuatnya stress.

Kenangan baik yang dia buat di sini juga tidak kalah banyak. Harusnya begitu tapi Olivia tidak tahu apakah masih bisa disebut kenangan baik ketika memori itu terasa hampa dan sedikit menyakitkan.

Olivia mengambil tempat di luar agar dia bisa merasakkan angin malam dan mendengar suara ombak yang samar-samar. Dia tidak mungkin mabuk malam ini karena harus pulang hidup-hidup tanpa membuat mobil Leo lecet.

Makanan yang tersaji di depannya masih begitu panas sampai asapnya kemana-mana. Olivia menikmati makanannya sampai piring di sebelahnya sudah penuh dengan sisa tulang.

Tidak ada yang menganggunya, tidak ada yang mengenalinya sebagai orang hilang yang pernah dicari-cari. Sedikit lagi makanannya selesai tapi tiba-tiba ada orang di belakangnya yang sepertinya terjengkang ke belakang hingga mengenai punggungnya.

"Maaf," katanya dan Olivia perlu membantunya untuk duduk kembali.

Hanya dari suaranya Olivia tahu siapa dia. Jantungnya berdegup, dia melihat wajah pria itu sekilas dan tidak salah lagi kalau pria dengan kemeja kekecilan itu Liam.

Makanannnya tidak lagi terasa sama tapi tidak terpikirkan juga olehnya untuk buru-buru pergi. Dia mendengar Liam menggeram, kepalanya menengok sedikit, kelihatannya dia sedang mabuk berat.

Meskipun sudah kacau begitu dia masih bisa memesan dua botol alkohol lagi. Olivia hanya diam membiarkannnya.

"Bibi aku mau pesan lagi!" seru Olivia. Dia kembali menengok ke belakang, Liam tidak meracau sendirian, dia hanya terus minum sampai kedai hampir tutup dan Olivia tidak sanggup makan apa-apa lagi.

Olivia menunggu tapi sepertinya tidak bisa lebih lama lagi karena semua orang sudah mulai meninggalkan mejanya. Banyak ruko yang sudah tutup. Namun, hanya beberapa langkah dari kedai dia kembali melihat ke belakang.

Liam masih memainkan gelas kecilnya tanpa mau pergi. Olivia mendesis, dia tidak melihat ada siapa-siapa yang menemaninya. Dia seharusnya sudah pergi tapi malah hanya diam bersender pada pembatas untuk melihat laut yang gelap ditemani cahaya bulan bulat sempurna.

Angin malam dari laut terus berhembus. Olivia melihat ke arah Liam sesekali, pria itu masih berada pada jangkauan penglihatannya dan kini keadaannya lebih memprihatinkan. Dia sudah tidak lagi minum dan kelihatannya tidak sadar karena tubuhnya sudah ambruk ke meja

Tidak lama pemilik kedai mencoba membangunkannya dan mengusirnya secara halus tapi, Liam kelihatan susah dibangunkan.

Jemari Olivia bergerak-gerak gemas di dalam jaket. Dia ingin menarik Liam untuk pergi tapi dia enggan melakukannya.

Olivia memalingkan wajah sebelum kembali melihat Liam yang perlahan-lahan bangun. Dia kelihatan lebih muda dengan rambut hitam, badannya terhuyung beberapa kali bahkan Olivia sudah menebak-nebak berapa kali dia mungkin akan terjatuh nanti.

Wajahnya kembali menghadap ke depan ketika Liam lewat berjalan di belakangnya. Olivia tidak tahu apa yang Liam lakukan ketika berjalan mendekati laut. Dia masih berpikiran positif terlebih ketika pria itu hanya diam.

Spicy PiscesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang