"Abang tau gak hari ini Adel punya temen baru loh, dia cantik dan anaknya lucu banget. Namanya Lydia sama Kevin, Abang tau gak Kevin mirip banget sama seseorang" bisik Adel pada Evan di depannya.
Adel tersenyum manis lalu menyuapkan makan malam Evan yang dia ambil alih beberapa menit yang lalu dari para suster. Evan sendiri terlihat menikmati makanannya dengan tatapan yang masih kosong.
"Abang cepet sembuh deh, gausah terlalu mikirin sesuatu yang gak pasti"
Sedetik kemudian Evan langsung menoleh dan dia menatap Adel membuat Adel terkejut. Adel mengerjapkan kedua matanya, dia melirik suster yang berdiri di belakangnya tengah menatapnya juga dengan was-was.
"Kayaknya Abang udah kenyang ya, yaudah tinggal minum obat nih" kata Adel, dia berdiri lalu mengambil beberspa obat yang sudah disiapkan sebelum dia membantu Evan meminum obatnya.
"Abang Adel besok kesini lagi ya, rumah jadi sepi semenjak Abang sakit. Abang cepet sembuh ya" ucap Adel setelah suster membaringkan Evan keatas ranjang.
Adel melambaikan tangannya dan keluar dari kamar Evan, dia lalu tersenyum dan berjalan menuju tong sampah. Adel mengeluarkan sesuatu dari balik saku celananya lalu membuang benda yang terlihat seperti obat-obatan itu kedalam tong sampah.
"Siapa juga yang mau Lo sembuh secepat itu" gumam Adel.
Adel sampai di kamarnya dia merebahkan dirinya diatas kasur lalu menatap langit-langit kamarnya sendiri. Apa tidak masalah jika dia menjadi sejahat ini? Dia ingin menanyakan ini pada Yin namun peri itu belum juga muncul.
Hari yang ditunggu-tunggu Adel dari kemarin akhirnya tiba, dia menatap motor sport yang ia pesan 3 hari yang lalu dengan wajah berbinar. Motor sport berwarna merah ini baru saja sampai di garasi rumahnya.
"Akhirnya, motor impian kebeli juga" ucap Adel sembari mengusap-usap motor barunya itu.
Tak lama Cedric datang, dia menghampiri Adel dan menatap motor sport dengan sebelah alis terangkat. Gadis ini membeli motor baru?
"Eh Cedric, gimana motor baru Adel? Ganteng banget kan?" Tanya Adel pada Cedric.
Cedric mengangguk, dia menatap Adel yang kembali mengusap-usap motor tersebut. Ganteng? Cedric berdecak pelan namun dia segera mengubah ekspresinya ketika Edward datang dari dalam rumah.
"Lo beli motor baru?" Tanya Edward pada Adel, dia cukup terkejut karena salah satu bodyguard mengatakan ada paket motor sport yang baru saja datang. Bodyguard tersebut mengira itu adalah pesanan Edward atau Evan namun siapa sangka malah Adel yang memesannya.
"Iya, mulai hari ini Adel mau berangkat sekolah sendiri paket motor. Lagian pak Gugun kan selalu nganterin Abang, dan Cedric juga bukan supir di keluarga ini. Jadi Adel mutusin buat berangkat ke sekolah sendiri" jawab Adel.
Edward melirik Cedric yang nampaknya tidak setuju dengan ucapan Adel. Namun Edward hanya mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua. Bagus juga, jadi dia tidak usah repot-repot mengantarkan Adel ke sekolah terlebih dulu setiap pagi.
Saat Adel hendak menaiki motor barunya itu lengannya di pegang oleh Cedric membuat Adel menoleh.
"Kenapa Cedric?" Tanya Adel."Kamu mau berangkat naik motor sendirian?" Tanya Cedric tanpa suara.
"Iya, Adel gak mau ngerepotin Cedric lagi. Dan gara-gara Adel kan kerjaan Cedric jadi dua kali lipat" jawab Adel.
Cedric menggeleng namun Adel segera menggenggam tangan Cedric dengan wajah memohon.
"Boleh ya Cedric, Adel dari dulu mau punya motor sendiri. Adel gak suka naik mobil, kalau naik motor bareng Cedric si mau, tapi kan Cedric juga sibuk disini. Tapi Adel gak akan nolak kok kalo diajak keluar sama Cedric naik motor. Jadi boleh ya..." Rayu Adel.
"Boleh yaaaa, Adel gak akan ngebut kok. Kalo Cedric gak percaya boleh Cedric ikut ke sekolah sekarang" lanjut Adel pada Cedric.
Dia mengatakan hal itu agar Cedric mengijinkannya dan pada akhirnya pria itu memang menginginkan Adel namun siapa sangka pria itu benar-benar ikut ke sekolahnya.
Adel kini berjalan masuk kedalam kelas, sepanjang perjalanan dia mendapati beberapa murid tengah membicarakan sesuatu dan menyebut kelasnya beberapa kali.
"Siapa ya kira-kira yang habis ngelakuin hal senonoh di kelas kita?"
Adel mendekat pada seorang gadis yang tengah memakan keripik, Adel lalu memasang wajah polosnya dan ikut bersuara.
"Kalian lagi ngomongin apa pagi-pagi begini?" Tanya Adel.
3 siswi yang sedang asik mengobrol menoleh lalu dia menatap Adel. Satu diantaranya kemudian memberitahukan pada Adel sebuah berita heboh yang menjadi pembicaraan hangat para murid pagi ini.
"Kepala sekolah lagi nyari dua anak yang habis lakuin aksi gak terpuji di sekolah ini. Dari cctv lorong karena cctv kelas mendadak rusak. Kayaknya mereka ngelakuin hal itu di kelas ini" jelasnya.
"Ck, jadi bikin citra kelas kita buruk kan. Siapa si, gue Jambak rambutnya kalo sampe ketemu itu anak"
Adel duduk di kursinya lalu dia melihat meja Tasya yang kosong. Gadis itu tidak berangkat? Jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 15 menit dan dia belum sampai di sekolah? Adel langsung mengalihkan tatapannya keluar jendela. Jangan-jangan apa yang tengah dia pikirkan saat ini benar adanya..
Disisi lain tepatnya di dalam sebuah kamar, ada Tasya yang terlihat tengah menangis sembari memeluk bonekanya sendiri.
"Kalo gue sampe hamil anak mereka gimana" gumamnya dengan tatapan kosong. Dia lalu kembali menangis dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Hiks, gue gak mau! Gue gak mau!!" Teriaknya.
"Harusnya Adel yang dapet semua ini, kenapa gue... Kenapa malah gue!" Teriak gadis itu lagi.
"Gue benci sama Lo Adel, gue benci!! Kenapa Lo selalu aja lebih baik dibanding gue. Keluarga, harta, kekayaan, kecantikan, dan semuanya kenapa Lo lebih bisa dibandingkan gue!"
Tasya berdiri, dengan langkah pincang dan desisan karena sakit di bagian perutnya dia berdiri menatap rumah besar yang tak lain adalah rumah Adel. Tasya mencengkram erat bajunya sendiri.
"Pokoknya sampai gue pastiin Lo menderita lebih dari gue gue gak akan tenang. Gue gak akan biarin Lo bahagia, dan hidup damai selama gue masih ada di dunia ini.... Uhuk..."
Tasya tiba-tiba saja memuntahkan darah segar setelah sebuah panah melesat dan menusuk perutnya. Dia mundur kebelakang lalu terjatuh keatas lantai dengan darah yang merembes dari piyama tidurnya.
"D-darah..." Gumam Tasya yang mulai kehilangan kesadarannya.
Samar-samar Tasya melihat seseorang masuk dari jendela kamarnya yang terbuka. Sosok tersebut memakai pakaian serba hitam, memakai masker dan topi menutupi wajahnya sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok tersebut.
Sosok tersebut mendekat, dia berjongkok lalu menarik panah yang menusuk di perut Tasya. Tenang saja gadis ini tidak mati, dia hanya tertidur karena obat bius yang dia oleskan pada mata panahnya. Sosok tersebut lalu mengangkat tubuh Tasya dan berjalan menuju jendela kamar gadis itu.
"Karena Lo udah mengatakan hal-hal yang buruk buat Adel gue rasa Lo harus terima konsekuensinya lebih dari ini" Ucap sosok tersebut sebelum meloncat turun dari jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF TRANSMIGRATIONS
FantasiaUPDATE SETIAP HARI RABU & SABTU PUKUL 18.30 WIB Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan bersama-sama menyelesaikan setiap misi di novel yang mereka masuki. ...