BAGIAN 16. 👨🏻ANTONIO BANGUN👨🏻

3.4K 355 12
                                    

Antonio yang terbaring koma selama 5 bulan akhirnya terbangun dan kini di dalam kamar rawat inap Antonio ada Edward dan juga Adel. Antonio menatap Adel yang masih menggunakan seragam sekolah tengah duduk di sofa yang ada di sebrang. Sedangkan di sebelah kirinya ada Edward yang tengah menyampaikan situasi mengenai kondisi perusahaan untuk saat ini.

"Kamu sudah berusaha dengan keras, Ayah bangga padamu Edward" ucap Antonio pada sang anak membuat Edward langsung tersenyum senang mendengar pujian dari sang Ayah.

Adel mengunyah ayam goreng yang diberikan oleh Arlo sembari menatap keduanya yang tengah bercengkrama. Dia seperti seonggok debu di hadapan mereka, untuk apa Edward repot-repot menelfonnya untuk segera ke rumah sakit karena sang ayah sudah siuman jika dia akan di abaikan seperti ini.

Saat tatapannya bertemu dengan Edward, Adel langsung mengubah ekspresinya. Adel langsung menunduk dengan raut wajah sedih yang ia buat-buat. Akhirnya Adel harus kembali melakukan dramanya setelah sekian lama dia tidak berdrama di hadapan mereka.

"Bagaimana keadaan Evan?" Tanya Antonio pada Edward karena saat dia meminta satu bodyuard untuk memanggil ketiga anaknya hanya dua yang datang. Dan sang bodyguard mengatakan kalau Evan tengah sakit dan dirawat di rumah karena penyakitnya kembali kambuh.

"Evan masih belum pulih, namun dia terlihat lebih tenang dibanding sebelumnya" jawab Edward.

Antonio menghela nafa spelan, setelah kejadian dimana istrinya merengut nyawa di depan Evan saat pria itu masih berumur 9 tahun. Evan menjadi trauma dan di mengalami gangguan kecemasan yang lama kealamaan menganggu mental dan psikisnya. Antonio sudah membawa Evan ke dokter spesialis dan bahkan ke psikiater terkenal namun gangguan kecemasan yang Evan alami semakin hari semakin memburuk jika tiba-tiba penyakitnya itu kambuh.

"Kalau begitu lebih baik ayah istirahat saja, Edward dan Adel akan pulang kerumah. Ayah harus cepat sembuh agar bisa beraktivitas kembali dengan normal" kata Edward, dia lau menatap Adel membuat Adel mau tak mau berdiri.

Adel kini berjalan di lorong rumah sakit, dia menatap Edward dan berdecak pelan karena pria itu bahkan berjalan sangat cepat dan meninggalkannya begitu saja. Namun saat tatapan Adel tertuju pada sepatu yang Edward pakai dia menyerngit lalu tersenyum tipis.

"Adel kira itu sepatu yang abang pakai hari ini itu hadiah dari Adel, ternyata bukan yah" ucap Adfel, dia lalu berlari kecil dan menyeimbangkan langkahnya dengan Edward.

"Kalau gak salah dari sales yang ngasih sepatu itu dia bilang sepatunya limited edition dan hanya di produksi sebanyak dua pasang. Adel agak kaget liat sepatunya karena waktu Adel beli kado buat abang Adel juga beliin sepasang lagi buat anak temennya Adel" Kata Adel, melihat Edward yang perlahan berbalik dan menatap Adel, gadis itu segera berlari menjauh dan keluar dari lobi rumah sakit membuat Arlo ikut berlari mengikutinya.

Edward terdiam sejenak, apa maksud ucapan Adel barusan? Namun dia kembali melangkah ketika Adel memanggilnya di depan pintu lobi rumah sakit.

Tap

Tap

Tap

Adel berjalan sembari menatap ke kanan dan kekiri, setelah dia melihat suster yang biasa merawat Evan keluar dari kamar diikuti bodyguard yang membawa kursi roda. Adel langsung berjalan masuk kedalam kamar Evan. Adel mendekat pada Evan, dia menatap Evan yang tengah membuka matanya menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Adel jadi makin kasian liat kondisi abang sekarang. Abang pasti juga cape kan? abang juga mau sembuh kan?" tanya Adel sebelum dia mnedekat lalu mengeluarkan seusatu dari balik sakunya.

"Bang, Adel tunggu keseruan apa yang akan abang perbuat malam ini" Bisik Adel pada Evan sebelum dia menyuntikkan sesuatu ke lengan Evan.

Adel tersenyum puas, dia lalu memasukkan lagi suntikan tersebut ke dalam saku sebelum dia berlari keluar dari kamar membiarkan pintu kamarnya terbuka begitu saja. Evan yang tadinya tertidur tiba-tiba saja mulai kejang. Kedua matanya melotot lalu tiba-tiba saja kejangnya berhenti dan dia langsung terduduk, Evan memejamkan kedua matanya sejenak sebelum dia kembali membuka matanya ddan menatap kearah pintu yang terbuka.

Adel kini berbelok hendak masuk kedalam kamarnya namun dia malah menabrak Cedric yang sedang membawa sebuah Vas. Karena Cedric jga terkejut dia tidak menghindar dan keduanya sama-sama terjath ketas lantai.

PRANGGGGG

"Ouch" Adel mengangkat tangan kanannya dan melihat ada pecahan vas yang menancap di telapak tangannya.

Cedric yang melihat darah mulai mengalir dari telapak tangan Adel segera bangkit dan menghampiri Adel. Dia menatap telapak tangan Adel yang terluka karena pecahan Vas, sementara Cedric menatap khawatir kearah telapak tangan Adel. Gadis itu malah tersenyum senang melihat Ekspresi yang Cedric keluarkan.
.
.
.

Jam menunjukkan pukul 12 malam, satu jam setelah Cedric selesai melakukan pertolongan pertama pada luka yang dialami Adel. Kini Cedric terlihat tengah tertidur pulas di sofa yang ada di kamar Adel sedangkan pemilik kamar tersebut malah tengah berjongkok di depan wajah Cedric.

"Kok bisa ada manusia se tampan ini" ucap Adel yang sedang menamati wajah Cedric.

Adel tersenyum senang, walaupun pada akhirnya dia bukan berakhir bahagia dengan Cedric namun dia besyukur karena dapat menikmati tokoh setampan dan segila Cedric. Tatapan Adel turun ke bibir Cedric, misinya untuk mencium Cedric masih belum dia selesaikan. Dan kejadian ini semua adalah rencananya agar Cedric bisa tertidur dan dia bisa mencuri ciuman dari pria ini.

Adel perlahan mendekat, dia berusaha setenang mungkin agar tidak membangunkan Cedric yang sedang tertidur. Sebelumnya dia bahkan sudah mengecek berulang kali bahwa Cedric sudah tertidur dengan pulas agar aksinya ini tidak diketahui oleh pria itu.

Chup

Adel berhasil menempelkan bibirnya dengan bibir lembut Cedric, dia juga bisa melihat misinya telah selesai. Adel perlahan mundur kebelakang, dia memegangi bibirnya serndiri sembari menatap Cedric yang masih memejamkan mata. Pria ini masih tertidur bukan? Adel menghhela nafas bersyukur ketika melihat Cedric masih memejamkan kedua matanya dengan deru nafas teratur.

"Astaga Tuan muda kedua!!!!"

"SIAPAPUN TOLONG TUAN MUDA KEDUA BERAD DIATAP!"

"TUAN MUDA KEDUA AYO TURUN PERLAHAN"

"EVAN!!!"

Adel yang baru saja mendengar teriakan Edward menoleh ke jendela kamarnya, Apa kakak keduanya yang paling ia sayangi itu sudah memulai aksinya? Adel segera bergegas keluar dari kamar dan berlari keluar dari rumah menuju asal suara Edward dan pelayan lainnya.

Sementara itu, Cedric perlahan membuka kedua matanya. Dia duduk dan menjilat bibirnya sendiri, Cedric tersenyum karena sejak satu jam yang lalu dia hanya berpura-pura tertidur. Dia ingin tau apa yang akan Adel lakukan ketika dia tidur karena Adel melakkan gelagat aneh setelah tangan gadis itu selesai dia perban.

"Manis" gumam Cedric. Ah... dia jadi ingin mencicipinya lagi. Bersamaan dengan Cedric yang bangkit dari duduknya sesuatu tejatuh di luar jendela dengan diiringi suara teriakan semua orang. Cedric mendekat pada jendela kamar Adel, dia kemudian melhat ada Evan yang tekapar di halaman rumah dengan Edward yang langsung mengangkatnya dan berlari menuj parkiran.

"Menarik, jadi rencana apa yang sedang dilakukan oleh nonaku tercinta kali ini?" tanya Cedric yang mengangkat tangannya dimana ada suntikan yang ia ambil dari dalam saku baju tidur Adel.


Hayhayhayyy
♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

Gimana kabar kalian?
Qia mulai produktif lagi ya, seperti biasa 3/4 hari sekali qia akan mulai update cerita ini. Semoga kalian suka dengan kabar ini ^^

Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya, ramaikan juga kolom komentar dan yang udah tandain typo makasih banyak ❤️❤️🫰🏻

See you !!
❤️❤️❤️

QUEEN OF TRANSMIGRATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang