Malam itu, langit tertutup awan gelap yang bergerak perlahan, menutupi bintang-bintang yang seharusnya bersinar. Angin malam berhembus pelan, seakan menjaga keheningan yang menyelimuti kompleks perumahan itu. Di sebuah rumah dua lantai yang megah di ujung jalan ada Adel yang sudah terlelap di kamarnya.
Jam dinding berdetak perlahan, menunjukkan pukul dua dini hari. Hening, hanya suara jangkrik dan sesekali anjing yang menggonggong dari kejauhan yang menemani malam. Namun, di antara keheningan itu, ada sesuatu yang mulai bergerak, sesuatu yang berbahaya namun tak terlihat.
Di dapur, sebuah kabel listrik yang aus dan nyaris putus mulai memercikkan bunga api. Percikan kecil itu menyambar tirai dapur yang menggantung terlalu dekat, dan dalam hitungan detik, api kecil itu mulai merambat ke seluruh dapur, menjilati meja kayu, dan naik ke lemari gantung. Api yang tadinya hampir tak terlihat kini berubah menjadi kobaran yang ganas, menerangi kegelapan rumah dengan cahaya jingga yang menakutkan.
Adel terbangun dengan mata yang berat, dia menatap sekeliling setelah mendengar bunyi sesuatu dan mencium bau seperti sesuatu yang terbakar. Adel turun dari atas kasur dan berjalan menuju keluar kamar. Adel perlahan menuruni tangga mengikuti bau gosong yang semakin lama terasa semakin jelas.
Saat sudah tiba di lantai pertama Adel melihat ada asap yang mengepul keluar dari dalam dapur dan tiba-tiba saja Adel meliihat api yang menggebu keluar begitu saja. Adel segera mundur kebelakang, dia menatap sekelilingnya yang sepi. Zion berkata dia akan pulang larut malam, namun ketika Adel melihat jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi Adel berdecak lalu berlari keluar.
"Kebakaran!!!"
Adel mulai mendengar teriakan orang dari luar, Adel kemudian mendorong pintu rumahnya dan melihat ada beberapa orang dan satpam kompleks yang berlari kearahnya.
"Adel, lo gak papa?"
Adel langsung menoleh ke samping saat lengannya ditarik oleh seseorang dan suara pria yang tidak asing baginya terdengar.
"Lo ... Arnold?" Tanya Adel sembari dibawa menjauh dari rumah yang sudah mulai terbakar.
Api dengan cepat menyambar rumah Adel, para tetangga bersama petugas pemadam kebakaran yang baru saja sampai juga segera memadamkan api. Adel sendiri kini hanya terdiam menatap kebisingan di depannya, dia tengah memikirkan sesuatu, bagaimana mungkin rumahnya bisa tiba-tiba terbakar seperti ini?
"Nih pakai dulu jaketnya." Arnold mendatangi Adel setelah dia berlari ke rumahnya yang ternyata bersebrangan dengan rumah Adel.
"Makasih." jawab Adel yang menerima jaket milik Arnold, namun belum sempat jaket itu dia pakai tiba-tiba saja ada seseorang yang langsung merebut jaket tersebut dan menyerahkannya kembali kepada Arnold.
"R-Ray ..." Adel terkejut melihat Ray sduah berada di hadapannya dengan menggunakan piayama tidur.
Ray yang sudah menyerahkan jaket pada Arnold langsung berjongkok dan memeluk Adel, dia sangat terkejut setelah salah satu bawahannya yang dia taruh di sekeliling rumah Adel mengatakan kalau Adel dalam bahaya.
"Gimana kondisi kamu? ada yang sakit? dimana?" Tanya Ray setelah melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Adel.
Adel menggeleng dia lalu kembali memeluk Ray yang sepertinya sangat terkejut itu. Bahkan Adel bisa merasakan kekhawatiran Ray, dia jadi merasa seikit bersalah. Adel kemudian merasakan Ray membalas pelukannya sebelum pria itu mengangkat tubuh Adel dan membawanya masuk kedalam mobil.
"Mau kerumah sakit?" Tawar Ray setelah masuk dan mendudukkan Adel ke kursi belakang.
"Gak usah, gak papa kok. Gak ada luka sama sekali," Jawab Adel sembari tersenyum mencoba meyakinkan Ray bahwa dirinya sekarang baik-baik saja. Namun, melihat wajah Ray yang masih khawatir Adel mendekat dan mencium pipi Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF TRANSMIGRATIONS
FantasyUPDATE SETIAP HARI RABU & SABTU PUKUL 18.30 WIB Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan bersama-sama menyelesaikan setiap misi di novel yang mereka masuki. ...