"Ka Eza ini ada undangan ulangtahun... Ka Eza dateng ya"
Adel menatap Shella yang memberikan undangan berwarna merah dengan tanda hati di depan. Dia agak bingung mengapa pula ada tanda hati yang menyertai undangan itu.
"Ini acara kawinan apa ulang tahun si" gumam Adel pelan.
"Nona tidak tau saja kalau Shella suka dengan Erza" kata Yin.
Adel mendengus sebal, dan tindakannya itu terlihat oleh Erza. Erza menerima undangannya lalu menatap Shella yang kini tersenyum senang.
"Makasih ka Eza udah mau dateng, aku tunggu ya" kata Shella.
Melihat semua drama ini membuat Adel ingin muntah, dia kemudian berjalan mendahului mereka keluar dari gerbang sekolah.
Shella hanya melirik Adel sekilas, dia tersenyum puas karena gadis itu pasti tengah menahan amarahnya karena Erza menerima undangannya dan akan datang di acara ulang tahunnya nanti malam.
"Nama gue Erza, jangan sembarangan ganti nama gue ga suka" kata Erza.
Shella melunturkan senyumannya, dia mengangguk cepat. Shella agak takut karena tatapan Erza kini menatapnya tajam, namun kembali lagi dia tidak mempermasalahkannya asalkan pria ini mau datang ke acara ulang tahunnya nanti malam.
"Gue juga belum bilang mau dateng"
"Ah iya...ka Erza bakalan dateng kan?" Tanya Shella.
"Gue sibuk dan ga suka sama acara kaya gini" jawab Erza lalu meninggalkan Shella yang terdiam membisu.
Dia menatap kepergian pria itu dengan sebelah tangan terkepal, Erza dengan santainya membuang undangan dari Shella dan masuk kedalam mobilnya.
"Awas aja" gumam Shella.
Adel berjalan dengan malas, dia menghela nafas mendengar perkataan Yin.
"Nona sebenarnya ada misi tersem-"
"Lo bilang misinya cuma satu loh...."
Yin meringis menunjukkan deretan giginya kemudian dia terbang di depan wajah Adel membuat gadis itu harus berhenti.
"Nona waktu kita tidak banyak di dalam sini mengingat takdir pemeran figuran apalagi tokoh Adel yang akan mati" kata Yin dengan perlahan.
"Jadi Adel tetep bakalan mati?" Tanya Adel.
Yin mengangguk lalu dia terbang dan hinggap di bahu Adel. Membuat Adel kembali berjalan menuju halte bus.
"Nona tidak bisa terus bersantai seperti ini"
"Lo pikir gue juga mau lama-lama disini?"
Adel mendengus sebal lalu dia berhenti setelah melihat dua orang di depan. Terlihat Yola dan Caesar tengah berdiri dan masuk kedalam salah satu cafe.
"Mereka mulai dekat, tugas nona hanya membuat Erza sibuk dan tidak ada waktu melirik Yola"
Adel mengangguk paham, apa dia harus membuat pria itu membereskan rumah dan menjadi pembantu untuknya?.
"Nona gunakan sifat asli Adel dengan baik" bisik Yin.
"Maksud Lo gue harus jadi anak manja ala anak mamih gitu?" Tanya Adel.
"Ya memang seperti itu, jika tugas kali ini berhasil nona akan mendapatkan reward dan kesempatan naik level" kata Yin lagi mencoba mempengaruhi nonanya itu.
"Oke" jawab Adel sembari tersenyum, ini mudah.
*Cit*
Adel menoleh dimana mobil Erza berhenti, ah dia lupa kalau dia harus pulang bersama dengan pria itu. Terlihat Erza keluar dan berdiri di depan Adel.
"Gue bilang hari ini pulang sama gue" kata Erza.
"Tadi kan Abang Eza lagi sibuk sama Shella, Adel gamau ganggu yaudah pulang aja duluan lagian kalo nanti Adel masuk ke mobil Abang nanti malah timbul fitnah" cerocos Adel.
Erza menatap gadis yang kini tengah menatapnya dengan kedua mata bulat dan tatapan polos. Dia kemudian menarik Adel dan menyuruhnya agar cepat masuk kedalam mobil.
"Pake sabuk pengaman" perintah Erza.
"Iya" jawab Adel lalu memakai sabuk pengamannya.
Erza segera mengendarai mobilnya melaju kembali di jalan raya. Adel melirik kearah Erza, apa pria ini akan datang ke acara ulang tahun nenek lampir itu?.
"Kenapa?" Tanya Erza yang mendapati Adel tengah menatapnya dengan wajah penasaran.
"Emm.. Abang Eza dateng ke acara ulang tahunnya Shella?" Tanya Adel agak lirih di bagian akhir.
Erza menggeleng membuat Adel dan Yin menaikan sebelah alisnya. Kenapa pria ini tidak datang saja? Kalau begitu dia pasti akan sibuk bukan.
"Kenapa Abang Eza ga dateng? Kan enak bisa di undang di acara ulang tahun kaya gitu pasti banyak makanan kenapa ab-"
"Gue bukan Abang lo" potong Erza.
Adel terdiam mengatupkan bibirnya rapat-rapat tatapan Erza sekarang sedikit menakutkan baginya.
"Tapikan nyatanya Eza abangnya Adel" lirih Adel.
*Citt*
Adel terkejut bukan main saat tiba-tiba Erza mengerem mendadak membuatnya terhuyung ke depan. Adel kemudian menelan salivahnya sendiri setelah melirik kearah Erza yang kini menatapnya dengan tajam.
Astaga seharusnya dia mengangguk saja tadi.
"Gue bukan Abang lo dan sampe kapanpun Lo bukan adek gue paham!"
Adel menunduk, dia harus melancarkan aktingnya kali ini. Yin sendiri sudah berpindah ke jok belakang mencoba menikmati drama yang akan mulai di depannya.
"Apa Adel jelek banget ya sampe Eza gamau jadi abangnya Adel" lirih Adel lalu mengigit bibirnya sendiri.
Erza menghembuskan nafasnya perlahan, dia menutup sejenak kedua matanya untuk meredam emosinya.
"Eza gamau jadi abangnya Adel emangnya kenapa?" Tanya Adel lagi lalu mendongak dan menatap Erza dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Erza yang melihatnya terdiam, wajah dan ekspresi Adel saat ini...
*Tes* setetes air mata Adel turun. Gadis itu segera menunduk dan menahan isakannya karena dari yang dia ingat pria ini membenci suara isakan tangis.
Melihat ekspresi Erza Yin menggelengkan kepalanya tak percaya lalu bertepuk tangan. Memang nonanya itu sangat pintar dalam urusan seperti ini.
Erza mendekat dan melepaskan sabuk pengaman Adel. Dengan mudah pria itu mengangkat Adel lalu meletakkannya di pangkuannya.
Adel terkejut namun dia masih harus berpura-pura menangis, pada akhirnya dia memilih menghayati perannya.
Erza mendorong kepala Adel agar bersandar pada dada bidangnya. Dia dengan perlahan mengusap kepala gadis itu.
"Adel ga jelek" kata Erza.
Adel mendongak mencoba menatap wajah Erza, dia tidak salah biacara bukan? Dia melirik Yin yang duduk dengan kepala mengangguk menandakan bahwa dia tidak salah dengar tadi.
"Tapi kalo nangis kaya gini jadi jelek, udah gausah nangis" kata Erza lagi lalu mengusap kedua pipi Adel untuk mengelap air mata gadis itu.
Adel menatap wajah Erza dari jarak yang dekat, dia menyayangkan kenapa pria ini malah terlihat sangat tampan sekarang.
Namun dia harus kembali mengingat bahwa pria ini seorang psikopat dan alasan Adel terbunuh dulunya. Dia juga tidak bisa jatuh cinta pada tokoh ini, karena itu hanya akan menyakiti hatinya sendiri.
"Terus kenapa gamau jadi abangnya Adel?" Cicit Adel, dia masih tidak puas sebelum menjawab alasan yang logis dan masuk akal dari pria ini.
"Karena kedepannya bakalan sudah kalo Adel jadi adeknya Eza" kata Erza lalu mendorong Adel bersender pada dada bidangnya. Pria itu kembali mengendarai mobil untuk pulang kerumah.
Adel menaikan sebelah alisnya bingung, apa sebenarnya maksud dari pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF TRANSMIGRATIONS
FantasiUPDATE SETIAP HARI RABU & SABTU PUKUL 18.30 WIB Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan bersama-sama menyelesaikan setiap misi di novel yang mereka masuki. ...