Ray yang sedang mengendarai mobilnya dan beberapa kali melirik ke spion melihat ke jok belakang dimana ada Adel dan Erick yang duduk berjauhan dan Adel terlihat menatap keluar jendela.
Ray tau Adel pasti marah karena Erick ketakutan dan tak sengaja mengompol malah membuat Adel malah di sangka sebagai penyebab Erick menangis. Syukurlah Zenit, ibu Erick yang juga adalah saudara Ray menjelaskan kronologinya setelah Erick mau berbicara padanya.
Sedangkan Erick hanya diam, dia mencengkram erat tangannya sendiri dan beberapa kali melirik kearah Adel yang tidak menatap kearahnya sedikitpun.
"Kalian berdua mau beli sesuatu sebelum pulang kerumah?" Tawar Ray mencoba memecahkan keheningan.
Ray kembali menatap ke spion dan dia melihat keduanya kompak menggeleng. Ray kemudian menghela nafas dan kembali fokus berkendara, bagaimana ini... Tantenya menitipkan Erick juga padanya.
Mobil Ray memasuki pekarangan rumah dan berhenti di sebelah Vinzo yang baru saja turun dari motornya. Saat Vinzo melihat Adel keluar lalu berjalan pergi dia tersenyum miring.
"Cieee bocil SD udah pulang sekull nih" kata Vinzo.
Adel melirik Vinzo sejenak sebelum dia kembali berjalan membuat Vinzo menaikkan sebelah alisnya. Ada apa? Apa mood wanita memang sudah seperti itu sejak kecil?
"Erick?" Kini Vinzo berjalan kearah Erick yang baru saja turun dari mobil bersamaan dengan Ray.
"Tante Zenit nitipin Erick disini untuk beberapa Minggu sampai urusan dia selesai" kata Ray.
Vinzo kemudian mengangguk dan ketika melihat Erick yang masih sama seperti terkahir kali dia lihat, Vinzo mendekat dan tersenyum pada pria kecil itu.
"Kenapa mukanya di tekuk kaya gitu? berantem sama Adel?" Tanya Vinzo.
Erick menggeleng dengan cepat, dia lalu mendekat pada Vinzo dan berbisik membuat Vinzo langsung merubah raut wajahnya.
"Lo anter Erick ke kamar barunya, gue masih ada urusan si kantor" kata Ray yang melihat jam di pergelangan tangannya.
"Oke, ayo kita masuk ponakan Abang Vinzo yang paling cuakep" ajak Vinzo, dia segera menggendong Erick dan membawanya masuk kedalam rumah.
.
.
.
."Ck" Adel berdecak ketika tatapannya bertemu dengan Erick, keduanya tengah duduk di ruang keluarga dan ada Vinzo juga yang sedang memperhatikan keduanya.
"Kalian berdua kenapa si sebenernya?" Tanya Vinzo.
"Ck" Adel kembali berdecak membuat Vinzo melotot dan melempar popcorn kearah gadis kecil itu.
"Dari tadi gue cuma denger cak cek cak cek, Lo kenapa si Cil?" Tanya Vinzo.
"Gak papa" jawab Adel, dia kembali mengangkat stik PS dan bermain PS mengabaikan Vinzo dan Erick.
Vinzo kembali diam, namun lama kelamaan dia tidak bisa menahan rasa geramnya dengan tingkah kedua bocil di hadapannya yang hampir membuatnya naik pitam.
"Erick, gimana kalau kamu minta maaf sama Adel?" Bisik Vinzo pada Erick.
"Takut" cicit Erick, Vinzo kemudian menghela nafas. Memang Adel tengah memasang mode garang sekarang, nyamuk saja tidak berani mendekat dan langsung putar balik ketika melihat wajah Adel.
"Del" panggil Vinzo, dia mendekat lalu tersenyum manis pada Adel membuat Adel menyerngit.
"Gausah senyum-senyum mirip boneka badut kayak gitu"
Vinzo kembali mendatarkan ekspresinya, entah kenapa dia mulai ragu kalau Adel berusia 6 tahun dengan cara berbicara dan ekspresinya yang tidak menampilkan anak berusia 6 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF TRANSMIGRATIONS
FantasyUPDATE SETIAP HARI RABU & SABTU PUKUL 18.30 WIB Kisah menyegarkan seorang gadis cantik, pemberani dan pintar bersama peri yang akan memandunya di setiap cerita. Mereka berdua akan bersama-sama menyelesaikan setiap misi di novel yang mereka masuki. ...