BAGIAN 23. 🎉KEJUTAN BUAT ABANG EDWARD 🎉

4.8K 359 15
                                    

Adel keluar dari ruangan sang ayah dengan sebelah pipi yang memerah. Dia berjalan menuju kamar dan membanting pintu kamarnya dengan cukup kencang.

"Anjing!" Gumam Adel.

"N-nona tenangkan diri anda" ucap Yin yang terbang mendekat pada Adel.

"Bajingan emang ya keluarga ini, gak ayah, atau anak sama aja bajingan semua!"

Adel mengacak rambutnya lalu menatap Yin yang tengah menatapnya juga. Adel lalu menutup matanya sejenak dan bertanya pada Yin.

"Gue bisa loncat langsung gak ke hari ulang tahun Kevin?" Tanya Adel.

"Nona yakin?" Tanya Yin dan Adel mengangguk.

"Ya, gue yakin" jawab Adel dengan wajah memerah menahan amarahnya sendiri.

Ctakkkkkk

Adel menatap sekitar, dia lalu melihat kearah ponsel ditangannya dan terlihat ada pemberitahuan dari kalender ponselnya bahwa hari ini adalah ulang tahun Kevin.

Dia tengah berada di meja makan, di depannya ada Edward yang memakan sarapan pagi dengan tenang sedangkan kursi Antonio kosong.

"Lo beneran gak mau bantu keluarga kita?" Tanya Edward.

"Abang gak pernah ya memikirkan perasaan Adel?" Tanya Adel yang sudah mengetahui konteks pembicaraan Edward mengarah pada dirinya yang harus mendonorkan satu ginjalnya untuk Evan.

"Evan butuh donor ginjal secepetnya, setelah Lo donorin ginjal Lo ayah pasti akan cariin pendonor lainnya buat Lo" kata Edward.

"Bang, sekarang nyari pendonor buat Abang Evan aja susah apalagi buat Adel nantinya... Abang beneran gak peduli sama perasaan Adel ya?" Tanya Adel lagi dengan wajah tak percaya.

"Seenggaknya Lo harus berterimakasih karena ayah udah mau rawat Lo sejak kecil. Kalau bukan ayah mungkin Lo udah ada di panti asuhan dan gak akan menikmati kekayaan ini, jadi sebagai anak hasil hubungan gelap mamah Lo harusnya bersyukur dan tau diri" ucap Edward sembari menatap Adel.

Adel tersenyum tipis, dia mencengkram erat garpu ditangannya. Dia ingin sekali menusukkan garpu ini ke mulut pria itu.

Edward lalu berdiri dan pergi dari sana meninggalkan Adel. Adel tersenyum lalu tertawa pelan.
"Liat sampe kapan muka songong Lo itu bertahan bang" desis Adel.

....

Adel sudah memakai dress merah, dia menenteng kado untuk Kevin. Adel turun dari mobil lalu berjalan menuju rumah Lydia. Dia bisa melihat ada dua orang yang tengah membuat dekorasi di dalam toko itu. Satunya adalah Lydia dan satunya lagi adalah pria yang tadi pagi berbincang-bincang dengannya.

"Duh gue jadi sedikit sungkan" kata Adel pada Yin di sebelahnya.

"Katanya temen kamu mau dateng ya?" Tanya Edward yang sedang menempel hiasan dinding untuk ulang tahun Kevin.

"Iya, sebentar lagi si dia datang" jawab Lydia.

"Aku bersyukur kamu dapat teman yang baik disini" kata Edward sembari tersenyum, dia sudah mendengar tentang teman baru sang istri yang istrinya sebut sebagai malaikat. Dia belum mengetahui siapa namanya namun melihat sang istri yang sangat antusias menceritakan malaikat penolongnya itu Edward menjadi senang dan tidak mengungkit lebih banyak lagi.

"Kevin pasti nanti senang, ulang tahun kali ini dirayakan bersama keluarga barunya kan" ucap Lydia.

"Iya, dia pasti bahagia"

Lydia berbalik dan dia melihat ada Adel yang tersenyum padanya di pintu masuk membuat Lydia langsung menghampiri Adel.

"Ya ampun kamu udah dateng?"

Mendengar ucapan sang istri Edward perlahan-lahan berbalik lalu dia melihat Lydia yang tengah berdiri di depan seseorang. Karena tertutupi oleh Lydia Edward tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok dibalik tubuh sang istri namun saat Lydia bergeser dan memeluk lengan gadis tersebut Edward langsung terdiam.

"Sayang ini loh malaikat penolong yang aku ceritain ke kamu. Namanya Adel" ucap Lydia.

Adel yang melihat wajah terkejut sang kakak tersenyum puas dan melebarkan senyumannya.
"Wah halo suaminya kak Lydia sekaligus ayah Kevin" kata Adel menyapa Edward yang mematung diatas kursi.

"Sebentar lagi Kevin pulang, aku siapin kue ulang tahunnya dulu ya.. Adel kamu duduk aja di kursi" kata Lydia yang berjalan cepat menuju dapur.

Adel mengangguk, saat Lydia menghilang ke dapur Adel langsung meletakkan kado besarnya keatas meja dan kembali menatap sang kakak.

"Siapa sangka satu-satunya penerus perusahaan keluarga kita ini udah menikah dan punya anak tanpa sepengetahuan ayah... Ah Adel denger Abang mau di jodohkan sama salah satu anak kolega ayah ya, sayang banget dia gak tau kalau abang bahkan udah kasih ayah cucu yang ganteng" ucap Adel.

Edward langsung turun dari atas kursi, dia mendekat pada Adel lalu berdiri di depan Adel.
"Tutup mulut kamu" kata Edward.

"Abang takut ya istrinya denger?" Tanya Adel.

"Adel!" Bentak Edward yang tertahan membuat Adel tertawa lalu duduk diatas kursi.

"Tenang aja yang tau keluarga kecil Abang cuma Adel kok, Adel belum kasih tau ke orang lain jadi Abang bisa tenang deh gausah melotot-melotot gitu" kata Adel.

"Lo kenapa bisa kenal sama Lydia dan Kevin?" Tanya Edward.

"Em... Gimana ya, gak sengaja si" jawab Adel yang masih tersenyum manis.

"Tapi bang, kalau Adel mau saranin mending Abang gausah bikin masalah di hari ulang tahun anak Abang sendiri. Atau mungkin ini akan jadi hari yang paling dibenci Kevin seumur hidupnya" lanjut Adel.

"Mending Abang diem dan duduk.... Terus pakai topi kerucut deh" kata Adel yang sudah memakaikan topi kerucut pada Edward.

"Nahh kuenya udah siap, tinggal kita tunggu Kevin pulang" kata Lydia yang keluar dari dapur.

"Wahh kuenya bagus banget, kakak buat sendiri?" Tanya Adel.

"Aku buat sama suami aku" jawab Lydia dia lalu menyerngit melihat ekspresi Edward.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya Lydia.

"Oh gapapa cuma pusing sebentar tadi" jawab Edward.

"Beneran gakpapa?" Tanya Lydia yang terlihat panik menatap Edward.

Adel mencolek kue ulang tahun Kevin lalu mencibir Edward tanpa suara.
"Oh gapapa cuma pusing sebentar tadi" kata Adel tanpa suara, dia lalu tertawa dan menjilati cream di jari telunjuknya.

Setelah itu Kevin pulang dan acaranya dimulai. Edward terlihat tidak nyaman namun berusaha tersenyum pada Kevin dan sang istri sedangkan Adel terlihat menikmati acaranya dengan senyuman lebar.

Arlo berlari kearah pintu mobil dan membukanya, dia lalu melihat Adel yang sudah mabuk setelah meminum dua botol alkohol di dalam mobil. Arlo sempat akan menghentikan aksi Adel namun apalah dayanya yang hanya seorang bodyguard.

"Biar gue aja"

Arlo langsung berbalik dan melihat Cedric mendekat, dia bergeser memberikan Cedric jalan sebelum pria itu menunduk dan mengangkat Adel dari dalam mobil.

"Engghh ada Cedric, kok Cedric bisa ada disini?" Tanya Adel yang menatap Cedric.

"Dia minum dua botol tuan, saya sudah mencoba menghentikan tapi nona terlihat sangat sedih dan terus meminumnya. Maafkan saya" ucap Arlo.

Cedric mengangguk paham, melihat merahnya wajah Adel dan bau alkohol yang sangat menyengat akhirnya Cedric membawa Adel pergi dari sana.

Adel memeluk leher Cedric, samar-samar dia tersenyum lebar. Rencananya kali ini pasti akan berhasil membuat Cedric tidur dengannya.



Tbc-
Menuju adegan 21++ ♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

Jangan lupa tinggalin jejak kalian ❤️💋

QUEEN OF TRANSMIGRATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang