D. 11 Siapa?

602 72 0
                                    

Di dalam ruangan yang diterangi cahaya remang dari lilin-lilin besar yang berjejer di sudut-sudut ruangan, Adel terbaring lemah di ranjang besar dengan selimut tebal menutupi tubuhnya yang masih pucat. Wajahnya masih terlihat lelah, namun nafasnya perlahan mulai teratur, pertanda bahwa kondisinya perlahan membaik. Di sisi ranjang, Raden Jayadrata duduk tenang di kursi kayu berukir, tangan kanannya menggenggam lembut jemari Adel yang terasa dingin.

Jayadrata mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Rintik hujan yang turun dari langit malam menciptakan irama yang menenangkan, namun pikiran Jayadrata bergejolak. Dengan suaranya yang pelan, ia mulai berbicara seolah kepada dirinya sendiri, "Apakah Patih sudah puas sekarang? Melihat Adel ada di dalam istanaku?"

Dari ambang pintu, sosok tinggi besar dengan sorot mata penuh perhitungan, Patih Suradipa, melangkah masuk. Dia menundukkan sedikit kepalanya, memberikan penghormatan formal kepada Raden Jayadrata. Senyum tipis tersungging di bibirnya yang licik. "Saya cukup senang melihat perkembangan ini, Raden. Tapi, yang membuat saya penasaran, bagaimana Raden Jayadrata bisa membawa Nona Adel ke sini? Dari cengkeraman Raden Arya yang sangat protektif itu?"

Jayadrata menghela napas panjang, matanya tetap menatap keluar jendela. "Itu bukan urusanmu, Patih," katanya dengan nada rendah namun tegas. Tatapannya tetap lurus, meskipun ancaman yang tersirat dalam suaranya begitu jelas. "Dan ingat ini baik-baik. Jika kau berani menyentuh Adel, atau melakukan hal sekecil apapun yang mengganggunya, aku sendiri yang akan membongkar semua topeng yang kau kenakan."

Patih Suradipa tertawa kecil, sebuah tawa yang terdengar sinis dan penuh kepuasan. Dia melangkah lebih dekat, jarak mereka kini hanya beberapa langkah saja. "Topeng apa yang Raden maksud? Saya hanyalah seorang patih yang setia pada kerajaan dan pada Anda, Raden Jayadrata."

Jayadrata akhirnya mengalihkan tatapannya dari jendela. Mata hitamnya yang penuh ketegasan menatap langsung pada Patih Suradipa. Wajahnya datar, namun sorot matanya mengandung api intimidasi yang tidak terbantahkan. "Jangan berpura-pura bodoh, Patih," katanya dengan suara yang lebih pelan namun sarat akan ancaman. "Aku tahu siapa sebenarnya Ratna Sari, pelayan pribadi Raden Arya yang tiba-tiba muncul di istananya. Aku tahu dia bukan siapa-siapa selain tunangan Pangeran Galuh dari Kerajaan Pakuan. Orang yang kau selundupkan untuk mengacaukan istana Raden Arya."

Perkataan Jayadrata itu membuat Patih Suradipa terdiam sejenak. Ekspresinya yang awalnya tenang mulai berubah. Meski senyum kecil masih terlihat di wajahnya, ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan di matanya. "Raden, saya tidak mengerti apa yang Anda maksud. Ratna hanyalah seorang pelayan biasa yang-"

"Jangan berbohong, Patih!" potong Jayadrata, suaranya lebih keras dari sebelumnya. "Aku tahu rencana busukmu, menyelundupkan Ratna ke istana dan mendekati Raden Arya. Kau pikir aku tidak tahu? Kau pikir aku tidak mengerti permainan kotor yang sedang kau jalankan?"

Jayadrata bangkit dari kursinya, perlahan melepaskan genggaman tangannya dari tangan Adel. Dia melangkah maju, mendekati Patih Suradipa hingga jarak mereka hanya sejengkal saja. Matanya masih menatap tajam penuh kebencian, suaranya merendah namun penuh ketegasan. "Jika kau mencoba memanfaatkan Adel dalam permainan kotormu ini, aku tidak akan segan-segan mengungkap semuanya pada Kakak. Aku akan membongkar siapa sebenarnya Ratna Sari itu, dan apa yang sudah kau rencanakan selama ini."

"Aku emang ingin menjadi Raja namun bukan dengan menerima bantuan dari luar seperti ini. Apa kau pikir kerajaan Pakuan tidak memiliki niat tersendiri?" bisik Raden Jayadrata.

Patih Suradipa terdiam, mencoba membaca ekspresi Jayadrata. Meski hatinya penuh dengan amarah, dia tidak ingin menunjukkan kelemahan di depan adik Raden Arya itu. Dia harus berpikir cepat, mencari celah untuk keluar dari situasi ini. "Raden Jayadrata, Anda terlalu berprasangka. Saya tidak pernah bermaksud seperti yang Anda katakan. Tapi, jika Anda merasa demikian, saya bisa menjamin, Nona Adel akan aman di sini, di istana Anda."

QUEEN OF TRANSMIGRATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang