D.7 Emosi Tak Terbendung Adel

449 82 1
                                    

Di dalam kamar Adel, duduk Adel dan Tabib Han yang baru saja mendengarkan perkataan Adel mengenai penyakit Appoleksi yang diderita oleh Sang Prabu. Tabib Han baru saja mengatakan kalau jarum akupunturnya tidak bisa digunakan lagi. Memang benar Tabib Han adalah keturunan orang Tiongkok dan dia bisa menggunakan teknik akupuntur namun, sudah lama dia tidak menggunakannya semenjak jarum akupunturnya rusak.

"Untuk herbal Ginkgo biloba saya pernah mendengarnya Nona. Namun, herbal itu hanya tumbuh di wilayah Tiongkok saja. Sangat sulit untuk menemukan herbal tersebut di kerajaan ini." jelas Tabib Han.

Adel mengangguk, dia tau kalau herbal Ginkgo itu pasti langka. Dari namanya saja yang menurutnya aneh dan asing dia bisa mengetahui kalau herbal itu bukan berasal dari sini. Untuk gingseng, dia yakin Tabib Han pasti memilikinya, namun tidak lengkap rasanya jika tidak menambahkan herbal ginkgo kedalam ramuannya.

"Atau, bagaimana kalau kita memberitahukan hal ini pada Raden Arya? saya yakin dia pasti bisa membantu. Karena saya sendiri tidak terlalu bisa membantu lebih dari sedekedar pengetahuan saya saja nona." kata Tabib Han dengan wajah bersalah.

Adel mengigit bibirnya sendiri, ada benarnya juga perkataan Tabib Han. Tabib Han tentu tidak memiliki kekuasaan sebesar Raden Arya, apalagi dirinya hanya bisa berdiam diri di dalam kamar seperti ini.

"Baiklah, mari kita minta bantuan pada pangeran Arya." jawab Adel, dia melirik Yin yang tengah menatapnya. Tidak papa kan dia memberitahukan rencana yang selama ini dia dan Tabib Han sembunyikan?

"Memiliki orang yang lebih berkuasa untuk membantu saya rasa itu pilihan yang tepat Nona." kata Yin yang seolah-olah bisa membaca pikiran Adel sekarang.

Akhirnya mereka berdua berjalan keluar dari kamar Adel. Adel mengikuti Tabib Han dan di belakangnya ada dua kesatria yang membuntutinya. Sedangkan Siti terlihat memakaikan selendang ke pundak Adel karena suasana malam ini cukup dingin.

"Raden ... Saya datang bersama dengan Nona Adel ingin membahas sesuatu." kata Tabib Han di depan kamar Raden Arya.

"Masuk."

Pintu terbuka dan terlihat ada Raden Arya yang tengah berpakaian dibantu oleh Ratna, Adel buru-butu mengalihkan tatapannya kearah lain. Wah ... dia melihat abs pria itu tadi! tidak-tidak, tenangkan dirimu Adel jika tidak pasti darah sialan itu akan mengucur deras lagi dari hidungnya.

Raden Arya merasa dadanya sesak melihat Adel yang seperti itu. Wajahnya murung, dan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak peristiwa di pasar. Dia merasa bersalah, merasa telah menyakiti hati Adel, padahal sebenarnya, niatnya hanya ingin melindungi semua orang.

"Saya ingin membahas sesuatu yang penting dengan Raden, kalau berkenan saya hanya ingin ada tiga orang saja di dalam ruangan ini. Maafkan kelancangan saya Raden," kata Tabib Han sembari menunduk.

"Baiklah, Ratna keluarlah dari sini." perintah Raden Arya.

Ratna mengangguk, dia segera berjalan keluar. Dia sempat melirik Adel sejenak sebelum menutup pintu, Setelah dia bangun Adel langsung meminta maaf padanya dengan wajah bersalah dan bahkan dia hampir menangis.

Ratna menjelaskan bahwa ini semua bukanlah kesalahan Adel, sudah menjadi tugasnya untuk menyelamatkan tuannya saat berada di dalam bahaya. Walaupun hati Ratna seidkit teriris mengetahui bahwa Adellah yang dicintai oleh Raden Arya, bukan dirinya. Sikap Raden Arya juga berubah belakangan ini, suasana hatinya nampak tidak baik-baik saja membuat Ratna kebingungan.

Adel menghela nafas pelan, dia sengaja membuat batasan dengan Raden Arya setelah meminta maaf pada Ratna berharap hubungan mereka akan semakin berkembang. Adel kemudian menatap Raden Arya yang ternyata tengah menatapnya juga.

QUEEN OF TRANSMIGRATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang