Alhamdulillah, udah nyampe bab 3
Alurnya terlalu berat ya?
Gapapa lah nikmatin aja. Kalau kalian kurang suka sama alurnya, gapapa jangan dibaca dulu. Refresing dulu aja.
Menurut kalian Deka tuh tipe cowok yg kayak gimana sih. Suka gengsian, sok jual mahal padahal udah cinta. Sekalinya ditinggal malah ngamok. Kesel gak kalau jadi Aya?? 🙂
Oke, langsung aja!
Happy Reanding^^
Matanya terus tertuju pada layar ponsel, Deka menatap lekat foto kebersamaan dirinya dan juga sang istri saat pergi ke pantai waktu itu.
Ingin rasanya ia mengulang peristiwa-peristiwa romantis yang ditunjukkan Aya untuk dirinya dulu. Sekarang telah menjadi angan-angan yang entah kapan bisa terwujud. Deka sangat menyesal.
Hari ini Deka bertekad melakukan pencarian. Membuat banyak poster untuk ditempel di berbagai tempat, tak hanya memasang di wilayah sekitar Jakarta. Deka sudah mempersiapkan semuanya sejak lama, poster pencarian orang hilang itu akan tersebar di beberapa kota di luar Jakarta.
"Selamat pagi semua," sapa perempuan berpakaian formal. Semua mahasiswa serempak merespon sapaan dosen tersebut.
"Baiklah, sebelum memulai pembelajaran saya ingin memberitahukan bahwa kita kedatangan mahasiswa baru," jelas wanita berambut disanggul itu menginstruksikan agar orang yang dimaksud segera masuk ke dalam.
Seisi kelas terdiam sejenak, saat memperhatikan orang itu masuk. Perempuan-perempuan di sana dibuat berdecak kagum akan ketampanan seorang Rean yang terkesan tidak manusiawi.
Sedangkan Deka, dia tidak sadar bahwa sejak tadi mata mahasiswa baru itu selalu tertuju ke arahnya.
"Silahkan perkenalkan diri kamu," ujar dosen bernama Sari itu.
"Perkenalkan nama gue Reandra Bagaskara." Teramat singkat namun berhasil menarik perhatian, saat berbicara Rean hanya mengeluarkan senyum lebar dua detik.
Segala kesibukan Rean lalui untuk mendaftar di kampus ini. Banyak yang harus ia urus, ia sengaja mengambil jurusan yang sama dengan Deka. Agar dapat memantau.
Ia telah menjalani ospek selama tiga hari berturut. Mengenal beberapa jurusan yang menarik minatnya, namun ia memutuskan untuk bertahan pada jurusan yang Deka pilih.
Walau terlambat masuk perkuliahan, Rean bisa menempati semester 2 sekarang berkat nilai yang memadai.
Lantas Sari mempersilahkan Rean untuk segera duduk.
Tepat sekali ia duduk bersebelahan dengan Deka dengan jarak satu meter.
Memandang lekat wajah tanpa ekspresi Deka dari samping. Hingga sang empu menoleh, menyadari tatapan orang di sebelahnya.
Gesit, kepala Rean berpaling.
"Mari kita lanjutkan presentasi kemarin," ujar buk dosen dengan nada serius.
🙈
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh Deka, kedua tangan menekan pinggang dengan nafas berhembus tak beraturan. Deka mengeryit sinis ketika melihat kemampuan lawannya yang berhasil mencetak gol tiga kali dalam waktu singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI? (On Going)
Teen FictionBIAR GAK BINGUNG SAMA ALUR, SILAHKAN BACA JODOH UNTUK DEKAYAS TERLEBIH DAHULU!! Semenjak mengetahui kabar kehilangan istrinya, dunia Deka terasa hampa. Rasa bersalah bagaikan bayangan yang selalu mengikuti, menguntitnya tiada henti. Suara tangisan...