Kalian pengen kejahatan Rendi-Eva terungkapkan? Sabar dulu ya. Jadi, sebenarnya mereka penjahat utama di kedua cerita ini. Gak tau bakal di bab brp mereka ketahuan, intinya nikmatin aja dulu kekesalan kalian sama mereka:)Kalau terungkap sekarang, nanti cepat endingnya. Sedangkan, aku pengen Aya Deka punya anak dulu^^ InsyaAllah bakal ada sequel cerita anaknya pas gede. Gak sabar pengen namatin cerita ini, huhu. Tpi kadang males up, karena gak rame hiks🗿😭 udh itu aja.
"Lagi berduaan gini, bisa gak jangan bahas orang lain dulu?" Deka menahan nafas emosi. Padahal baru beberapa menit yang lalu mereka tertawa bahagia, sekarang Deka harus menyaksikan kesedihan lagi."Aya takut kakak diambil cewek lain," adunya hampir menangis.
"Gak bakal, gue punya lo.” Deka ikut menunduk melihat Aya yang tak mau memperlihatkan air matanya. Dibalik itu, rupanya gadis itu menahan senyum salah tingkah.
"Kalau kakak khilaf gimana?" tanyanya lagi.
"Namanya khilaf berarti diluar kendali manusia. Itu bukan kesalahan, tapi kecerobohan." Raut bahagia yang sempat menghiasi wajahnya tadi seketika luntur mendengar jawaban selanjutnya dari sang suami.
"Kakak pernah khilaf sama cewek lain?" Aya mengangkat pandangan dengan luruhnya air di pelupuk matanya.
Deka memasang wajah datar. Mengingit bibir ragu, dirinya masih mempertanyakan kejadian dimana dia dan juga Eva di club malam itu. Entah apa yang mereka lakukan sampai-sampai adik Rendi itu mengklaim bahwa dirinya melakukan hal yang tidak senonoh kepada Eva. Deka sama sekali tidak mempercayai itu.
"Gak pernah," jawab cowok itu tersenyum menyakinkan.
Aya memandang curiga.
"Terus kenapa jawabannya gitu, ish!"
Wajah kalem itu mengerut, mengeluarkan sedikit air mata diiringi rengekan kesal. Aya menghentakkan kaki kesal kemudian berjongkok di tengah jalan yang sepi tersebut.
Deka menoleh kanan kiri, merasa tidak enak jika ada yang melihat. Takut dikira sedang menganiaya seseorang.
Cowok itu lantas ikut menurunkan bokong menyamakan posisi istrinya.
"Emang kenapa sama jawaban gue?"
"Jawaban pertama bikin Aya ragu sama kakak!" sahut gadis itu memutar badan tak ingin menghadap suaminya.
"Gue cuman jelasin arti khilaf kok lo ragu sih," protes Deka sedikit kesal. Raut wajahnya tampak sewot.
"Ragulah! Aku takut kakak khilaf sama cewek lain, terus lupain Aya gitu aja. Kakak punya anak dan ninggalin Aya! Aya Gak mau!!"
Rengekan yang semula kecil kini membesar. Aya seakan mengeluarkan pikirin negatifnya yang akhir-akhir ini menggerayangi otaknya. Bahunya ikut bergetar menangis sesenggukan. Deka memijit pelipis, tak habis pikir dengan ucapan istrinya.
"Pikiran lo gitu amat ke gue," ucap Deka merasa tersinggung.
Tangan berurat itu lantas meraih kedua bahu sang istri untuk kembali menghadap dirinya.
"Nikah itu sekali seumur hidup, maka dari itu gue cuman mau seumur hidup bareng lo, bukan yang lain."
Deka melebarkan kedua sudut bibirnya saat berhasil memperhatikan wajah sembab istrinya. Namun, hidung gadis itu kembali kembang kempis. Deka langsung melunturkan senyum.
"Itu cuman gombal buat nenangin aku kan?"
"Yaudah kalau lo gak percaya." Tanpa Aya duga, tubuh suaminya berdiri dengan ekspresi menahan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI? (On Going)
Teen FictionBIAR GAK BINGUNG SAMA ALUR, SILAHKAN BACA JODOH UNTUK DEKAYAS TERLEBIH DAHULU!! Semenjak mengetahui kabar kehilangan istrinya, dunia Deka terasa hampa. Rasa bersalah bagaikan bayangan yang selalu mengikuti, menguntitnya tiada henti. Suara tangisan...