17. Merasa Bersalah

1.8K 102 14
                                    

Happy Reading^^

Kata maaf pun tidak bisa ia lontarkan. Karena ini bukan kesalahan kecil. Deka menyadari itu sekarang, dirinya terlalu kekananan dalam menghadapi situasi.

“Jangan nangis lagi, gue bakal bersihin sentuhan cowok lain di tubuh lo,” ucapnya mantap.

Kedua mata insan penuh rindu itu saling bertatapan. Aya tersenyum lama, menelisik setiap inci wajah tampan suaminya dari dekat. Deka pun melakukan hal yang sama.

“Kak,” panggil Aya tiba-tiba.

Deka hanya mengangkat alis bertanya.

“Kakak bucin juga sama aku?” Kedua mata gadis itu lantas melebar menyiratkan kegembiraan yang begitu besar. Sudut bibirnya ia tarik hingga membentuk senyuman lebar.

Pertanyaan itu rasanya sudah tidak perlu mendapatkan jawaban. Karena Aya yakin seratus persen, jika Deka akan berkata sesuai keinginan terbesarnya sejak dulu sampai sekarang.

“Baru nyadar?” balas Deka dengan wajah polos.

Aya tergelak saking senangnya.

Refleks tubuh yang semula berbaring itu kini bersandar di kepala ranjang. Lucunya, Deka mengikuti pergerakan istrinya membuat Aya menyegir.

“Sebesar apa sih? Aya pengen tau dong,” ujarnya memasang raut penasaran. Deka terkekeh geli melihatnya.

“Gak bisa diukur saking besarnya.” Seulas senyum tipis terbit di bibir laki-laki itu, mengunci tatapan pada makhluk menggemaskan di depannya.

Tatapan sang suami terlalu memabukkan. Bagaikan sebuah narkoba yang bisa memberikan kacanduan pada pengonsumsinya. Aya bergeming, lidah gadis itu terlanjur berat mengatakan sesuatu. Canggung sekali.

Gadis itu melipat bibir akibat salah tingkah.  Jari-jemarinya ia remas kuat. Suasana seketika menjadi tegang,  Aya merasakan bahwa saat ini Deka sedang mengungkapkan perasaan lewat tatapan matanya.

“Jauh sebelum hari ini, gue udah nyimpen perasaan ini dari lama. Lo mungkin gak tau, kalau gue sebucin itu kalau udah suka sama cewek,” tutur Deka serius.

“Ada cewek lain gak di sini?” Telunjuk mini milik istrinya lantas menyentuh dada bidang serta kepala Deka dengan kondisi rambut awut-awutan.

“Kunci cuman ada satu, dan hanya lo yang punya.” Dahi Aya mengerut tidak mengerti, membuat Deka terkekeh pelan.

“Gak ada yang bisa masuk ke hati gue selain lo,” jelas cowok itu sambil menyaksikan perubahan ekspresi dari wajah istrinya. Buru-buru Aya mengembungkan kedua pipinya yang memanas. Mengalihkan pandangan ke arah lain, di saat Deka sedang asyik menggoda melalui raut tengilnya.

Tanpa Aya sadari, tangan suaminya terangkat bersiap menusuk pipinya agar mengempis. Dan itu berhasil, dalam sekejap mereka tertawa sembari berpelukan erat.

“Jangan tunjukin sikap kayak gini sama siapapun selain gue,” tegas Deka tak dapat dibantah.

Aya menggangguk antusias.

“Kalau sama Rean, Aya mau marah-marah terus. Kalau sama Kakak, maunya bucin terus sampai kiamat,” ungkap Aya bersemangat. Menengadah, memperhatikan wajah tampan Deka dari bawah.

“Deka,” panggil Syifa khawatir. Semua anggota keluarga berkumpul, memandang heran tingkah putra sulung keluarga Anggara tersebut. Pasalnya, Deka terus menunjukkan senyuman dalam keadaan mata tertutup.

USAI? (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang