9. Menyerah?

2.2K 120 19
                                    

Terserah mau vote atau engga. Yang penting aku up.

Happy Reading^^

Pagi-pagi sekali dua perempuan itu mampir ke rumah sahabatnya. Mendorong kursi roda menuju luar dan berbincang-bincang sedikit mengenai hal yang mungkin bisa saja Aya ingat.

Serin dan Disa melontarkan beberapa ungkapan yang pernah mereka lalui bersama. Membuat Aya sesekali mengerutkan alis berfikir. Namun, tak mendapat hasil apa pun.

"Gak bisa jalan pake tongkat dulu?" tanya Serin penasaran.

"Kayaknya bisa, aku belum pernah coba." Aya mencoba untuk berdiri memberikan kedua sahabatnya aba-aba untuk menahan. Mereka menurut saja.

"Pelan-pelan," ujar Disa memegang satu tangan gadis itu. Aya lantas tersenyum tipis.

"Aku lumayan bisa, tapi harus dipegang." Raut ceria tadi langsung berubah masam, menunduk tidak percaya diri.

"Gapapa, nanti kita pegangin kok," sahut Serin menyakinkan. Mengusap lembut rambut adik angkatnya penuh sayang.

"Kak, ajakin aku keluar dong. Bosan di rumah terus," ucap Aya menatap keduanya antusias.

"Ijin dulu ke suami lo," balas Disa menggerakkan dagu menunjuk Deka yang lagi duduk melipat kaki memperhatikan interaksi mereka.

"Gak usah ijin, pasti gak dibolehin sama Deka," bisik gadis itu membuat Disa dan Serin saling tatap.

Melihat dari jauh, sembari mengunyah kacang di mulutnya. Deka mengeryit begitu memperhatikan Aya berbisik di sana. Tubuh tegapnya berdiri menghampiri tempat kejadian.

"Bicarain apa sampai bisik-bisik?" tanya Deka dingin. Menatap curiga ketiga perempuan tersebut.

"Aku mau jalan-jalan bareng mereka ke mall," ungkap Aya jujur. Respon sang suami hanya mengangguk penuh selidik, tanpa berbicara.

"Gue ikut," ucap Deka tak dapat dibantah.

Aya merengut sebal. Kesal karena suaminya itu ternyata pergi hanya ingin menguntit kegiatannya.

🙈

Sesampainya di sana ternyata Aya sudah tak lagi menggunakan kursi roda, melainkan satu tongkat yang mengapit ketiaknya. Daripada harus merepotkan orang lain karena kekuranganya, Aya lebih memilih untuk mandiri.

"Yuk ke sana," ajak Serin berjalan pelan. Menuntun Aya agar dapat menyeimbangkan.

Deka terlihat memakai kemeja dan celana kain berwarna cream, berjalan di belakang memantau.

"Deka kamu jangan ngikutin." Gadis berambut dora itu menoleh sinis, tidak suka jika pergerakannya selalu diperhatikan seperti itu. Dia risih.

"Terserah gue," balasnya songong membuat Aya mendelik melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

Saat tengah sibuk memilih belanjaan, Aya tak sengaja melihat sosok Rean. Ia mengucek kedua matanya memastikan kalau dirinya tidak salah lihat. Tapi semakin dekat, itu tampak bukan seperti Rean. Melainkan Tio.

Salahkan dirinya, Tio memang cowok yang memiliki rahang tegas sama seperti milik kekasihnya, Rean. Gaya serta gaya berpakaian bisa terbilang cukup mirip. Apakah ini sebuah kebetulan atau tidak?

USAI? (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang