13. Tidak Peduli

1.7K 99 35
                                    

Assalamu'alaikum

Maaf lama updatenya☺

Selain Aya dan Deka, kalian suka tokoh lain gak? Kasih alasannya ya

Jawab dong, pengen tau:)

Oke, aku mau ngasih tau buat kalian. Di cerita ini, gak bahas geng motor lagi ya karena itu adanya di S1, kalau pun ada itu mungkin untuk kebutuhan plot aja.

Happy Reading^^

"Bunda ini udah seminggu loh bunda gak ngobrol sama aku," protes Deka menatap sendu wajah datar ibunya.

Sudah sekitar sepuluh menit duduk di ruang makan, hanya Deka dan kepala keluarga yang sibuk berbicara. Uswa lebih dulu berangkat ke sekolah.

Sedangkan Syifa, perempuan dua anak itu memilih untuk diam mengabaikan pembicaraan. Terlebih jika sang putra belum mengabarkan informasi apapun tentang menantunya. Syifa akan tetap mogok bicara.

"Udahan ngambeknya, cari istri kamu Deka. Papah khawatir dia kenapa-napa di luar sana," sela sang papah sambil menyantap hidangan di hadapannya.

"Males Pah, Deka masih bete kalau ingat kejadian waktu itu. Aya gak mungkin dicelakain, kan ada yang jagain dia. Untuk apa dipermasalahin." Raut wajah bundanya langsung berubah garang, mendengar perkataan putranya itu.

"Yang harus dipermasalahin itu perasaan kamu," jawab Syifa menyentak sendok di tangannya hingga menimbulkan bunyi nyaring dari gesekan piring.

Deka tertegun sejenak begitu mendengar suara yang ia rindukan menyahut. Bibirnya tersenyum tipis, namun dibuat kecewa oleh ekspresi tidak bersahabat oleh wanita itu.

"Kalau kamu masih cinta, kamu gak akan nyepelein hal kayak gitu. Sebagai seorang suami, Aya adalah tanggung jawab kamu seumur hidup. Sedangkan Masalah dia kabur demi cowok lain, sudah sepantasnya kamu marah. Bukannya malah diem kayak gini!! Nunggu apa? Nunggu dia inget terus balik ke kamu? Apa nunggu dia lupain kamu sampai gak mau balik lagi? Iya!!" Marah Syifa menggebu-gebu, suaminya sigap berdiri menenangkan istrinya tersebut. Mengelus keduanya bahunya.

"Deka berhak marah, Deka berhak kecewa. Yang ngerasain sakitnya di sini itu Deka sendiri, Bunda gak akan tahu. Jadi, jangan ngehakimin aku," balas Deka dingin. Kepalanya ia tundukkan sembari menusuk-nusuk daging ayam yang telah teriris itu hingga tak berbentuk.

"Bunda tau kamu marah, tapi jangan kayak gini sayang. Aya jangan dibiarin terus-menerus sama cowok lain, kamu gak ada rasa cemas apa?" ucap perempuan berhijab tersebut dengan nada rendah. Menghela nafas lelah.

"Deka lagi gak mood bahas dia, Bunda tolong ngertiin perasaan aku. Aya bukan prioritas aku lagi, dia ngejauhin aku. Deka cuman mau nenangin diri," balas cowok itu kemudian beranjak meninggalkan ruang makan. Dengan tampang sangar.

🙈

Aya menikmati sarapan pagi penuh hikmat. Masakan Rean benar-benar candu dan menggiurkan, membuat lidahnya terus merasa kekurangan untuk melahapnya.

"Indah banget ya piring, sampai dari tadi gue gak diliat?" Tatapan sinis langsung tertuju pada perempuan di depannya. Aya lantas buru-buru mendongak, tersenyum canggung. Tatapan itu mengingatkan dirinya dengan kejadian naas sebelumnya, bahkan ketika mendengar suara dingin cowok itu, tubuhnya refleks tersentak.

USAI? (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang