Sampai di ambang pintu apartemen, Deka menekan bel. Raut wajahnya terlihat tidak sabaran, perasaan cowok itu sangat bahagia sekarang. Deka tak sanggup berkata-kata lagi.Pintu apartemen terbuka lebar menampakkan seorang gadis dengan wajah kebingungan.
Tanpa memperdulikan tatapan Ciel, tubuh tegap itu menyerbu masuk. Baru dua langkah, Deka langsung disambut oleh pemandangan yang mengharukan. Istrinya berdiri tak jauh dari posisi, tatapan mereka beradu sejenak.
Dengan ringan Deka berlari menghampiri.
Menghampiri gadis bak patung di sana. Aya merentangkan kedua tangan, bersiap menerima pelukan dari Deka.
Melihat hal itu, Deka yakin seratus persen jika sang istri telah mengingatnya.
Laki-laki itu tersenyum gemas. Penantian itu akhirnya terwujud, istrinya kembali. Cinta yang sejak lama luntur di kedua mata Aya kini ada hadir seperti dulu.
Isak tangis terdengar pilu. Deka mendekap erat dengan mata terpejam, menyalurkan kehangatan pada tubuh bergetar yang sekarang sedang ia peluk.
“Gue minta maaf.”
“Gue minta maaf.”
“Gue minta maaf.”
Berulang kali suara bariton itu melafalkan perkataan yang sama. Deka tak dapat membayar kesalahannya hanya dengan kata maaf, terlalu mustahil untuk dimaafkan. Namun, sang istri berbaik hati ingin membalas pelukan. Deka merasa malu.
“Gue bukan suami yang baik, gue gak becus jagain istri gue sendiri. Gue banyak kurangnya, tapi kenapa lo cinta banget sama gue?” ujar Deka terdengar menyedihkan, membuat suara tangis tadi mereda.
“Lo boleh pukul gue sepuas hati lo. Selagi itu bisa bikin lo maafin kesalahan gue selama ini.” Deka mengurai pelukan, kedua tangannya bertengger pada pundak istrinya. Menatap mata berair itu lembut.
“Aku udah maafin sebelum kakak minta maaf,” jawabnya sambil tersenyum.
“Gapapa, jangan sungkan buat mukulin gue. Gue pantes dapetin itu dari lo.” Tatapan pasrah dari suaminya membuat Aya menggeleng tidak setuju.
“Gak, gak mau.” Gadis itu mundur selangkah, menjauhi Deka yang masih menunjukkan kepasrahan untuk dipukul.
“Sini,” titah Deka pada istrinya.
Aya menurut. Ia kembali melankah ke depan, lalu tanpa ia duga ciuman singkat mendarat di bibirnya yang seketika membuat dirinya mematung. Suasana mendadak canggung, apalagi saat menyadari bahwa bukan hanya mereka berdua yang berada di sana. Pak Tomy dan Ciel sigap memalingkan wajah.
Setelah menghadirkan kecanggungan, Deka langsung membawa tubuh istrinya ke dalam pelukan lebih erat.
“Bagian mana aja yang udah disentuh Rean di tubuh lo?” bisik Deka terdengar sedikit marah. Seketika menghadirkan ingatan-ingatan negatif di kepala Aya. Dia sama sekali tak membalas apapun, ingatan buruk tersebut membuat suasana hatinya hancur. Bibir gadis itu mencebik mengundang linangan air di pelupuk mata.
“Aya? Kenapa diem? Apa bener dia perkosain lo?” tanya Deka beruntun setelah melepas pelukan mereka.
Lagi-lagi gadis itu diam. Hanya ekspresi rapuh yang ia perlihatkan pada suaminya. Membuat Ciel ikut merasakan sakit karena pernah mengalami kejadian sama.
“Jawab gue.” Deka mengguncang pundak istrinya agar segera memberikan jawaban. Namun, nihil Aya hanya memberikan gelengan singkat. Hal itu semakin membuat jiwa penasaran Deka menaik.
“Jadi bener? Dia nyentuh lo?” Dengan berat hati Deka berkata sesuai dugaan. Walau hatinya serasa dihimpit kepedihan, ia harus tetap kuat.
“Jangan diingetin lagi, aku gak mau inget hal itu.” Akhirnya bibir bergetar itu bersuara diselingi jatuhnya air mata. Deka mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI? (On Going)
Teen FictionBIAR GAK BINGUNG SAMA ALUR, SILAHKAN BACA JODOH UNTUK DEKAYAS TERLEBIH DAHULU!! Semenjak mengetahui kabar kehilangan istrinya, dunia Deka terasa hampa. Rasa bersalah bagaikan bayangan yang selalu mengikuti, menguntitnya tiada henti. Suara tangisan...