16. Gelisah

1.7K 101 30
                                    

Happy Reading^^

Dengan langkah buru-buru, Rean memasuki apartemen menuju dimana kekasihnya berada. Saat itu, Aya sedang asyik bermain ponsel, sontak kepalanya terangkat. Tubuhnya terlonjak kaget karena Rean tiba-tiba merampasnya.

“Rean balikin!!”sentak Aya emosi. Namun, semenit kemudian tangan berurat itu terangkat ke atas. Menghempaskan benda pipih itu ke lantai marmer hingga pecah mengenaskan.

“Nanti gue beliin yang baru, sekarang lo harus sembunyi.” Aya masih tidak mengerti. Otaknya loading seketika, apa motif dari kejadian ini. Dengan kesal ia menepis tangan Rean yang mencekal pergelangan tangannya.

“Gak mau, aku bukan anak kecil lagi. Kalau mau main umpet-umpetan, mending ajakin anak kecil. Lagian kenapa kamu tiba-tiba ngerusakin HP aku? Aku lagi main game loh tadi, jadi kalah gara-gara kamu!!”

Rean terdiam. Sorot matanya menajam bersamaan hembusan nafas berat keluar dari hidung mancungnya.

“Gue beliin yang baru. Ada orang yang mau nyulik lo dari gue,” pernyataan dari kekasihnya membuat Ayam membelalak sejenak. Lalu kemudian raut wajahnya berubah tenang.

“Siapa?” tanya Aya penasaran.

“Deka?” lanjutnya lagi.

Ekspresi Rean langsung sangar. Dalam keadaan sadar, jiwa kejam dalam dirinya keluar begitu saja. Telapak tangannya bergerak mulus menampar pipi Aya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

“Terus kenapa kalau Deka? Lo mau ikut dia, hah?! Jangan harap lo bisa lepas dari gue,” ucap cowok itu tidak main-main.

Sebelah pipinya memerah. Gadis berambut sebahu itu menatap Rean dengan mata berkaca-kaca. Terdapat gemuruh hebat dalam hatinya, ingin melawan dan berteriak marah pada pria bejat di depannya.

“Iya! Aku mau pergi dari kamu!! Sekarang rasa suka aku ke kamu udah berubah jadi benci semenjak kamu suka main kasar, bukan cuman itu. Kamu juga suka nyentuh-nyentuh tubuh aku, aku risih tau gak!! Kamu brengsek!” Habis sudah kesabaran cewek dengan dress selutut itu. Meneriaki kekasihnya penuh amarah, air matanya ikut menetes tanpa permisi. Bahkan rasa takut akan tatapan tajam Rean saat ini benar-benar sudah tidak dia hiraukan. Aya lelah berada di hubungan  toxic seperti ini.

“Denger Shea sayang... seandainya niat busuk lo itu terkabul. Dan kalau gue bener jadi gila, hidup lo gak akan pernah tenang. Teriakan lo kali ini gue anggap sebagai perlawanan yang akan dapet hukuman fisik.”

Rean menyeringai licik, mendekati perlahan tubuh kekasihnya yang memakai tongkat. Aya mundur beberapa langkah, wajahnya berubah tegang.

Rean menarik perut ramping pacarnya kasar. Lalu tanpa babibu, ia menghadiahi bibi mungil itu dengan ciuman ganas yang tak dapat Aya cegah. Nafasnya hampir habis, karena Rean melakukannya begitu emosi.

“L-lepas!” Tongkat penopang itu berhasil mendorong kuat badan tegap Rean yang mengapit intim tubuhnya.

“Gue suka lo dan tubuh lo,” ucap cowok berhodie itu sensual. Melihat raut keterkejutan dari wajah cantik sang kekasih sontak membuat Rean terkekeh. Kemudian meraih kembali pinggang Aya mendekat pada tubuhnya. Mengelus tipis rahang gadis pendek di hadapannya.

Aya memejam. Deru nafasnya berhembus tak beraturan, sama halnya dengan debaran jantungnya saat ini.

“Sikap gue begini juga karena lo. Kalau gue kasar, berarti tingkah lo keterlaluan. Sekarang...lo bagusnya gue apaain ya?”

Aya menggeleng kuat. Mata cantik itu berkedip panik, saat dengan mudah sang pacar mengangkat dirinya lalu diletakkan di atas sofa. Sekuat apa pun kedua tangannya mencegah Rean menempel pada tubuh atasnya. Tetap saja kalah, karena saat ini cowok gila itu benar-benar sudah dikelabui oleh nafsu.

USAI? (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang