Eva duduk di tepi ranjang dengan pikiran gelisah. Kedua tangannya meremas seprai erat, pandangan mata menajam penuh dendam."Arghh!!" teriaknya spontan memukul tempat tidur.
"Deka harus jadi milik gue!"
"Apapun resikonya, gue harus bisa dapetin dia. Aya, kali ini gue gak akan ngalah lagi. Gue udah muak liat sikap lo yang ngeselin itu! Malam ini juga lo harus tau kalau Deka pernah tidur bareng gue!"
Seulas senyum licik terbit di bibirnya. Disertai tawa kepuasan, Eva beranjak sambil menempelkan punggung jempol di matanya. Mengelap sedikit air yang sempat terbuang karena menangisi pujaan hatinya.
"Harusnya lo gak pernah hadir di kehidupan Deka. Tapi karena lo terlalu nekat ngambil dia dari gue, apa boleh buat. Mungkin setelah tau fakta ini, lo bakal bunuh diri," ucap Eva percaya diri.
Rasa sesak yang tadi membuatnya down kini telah lenyap. Berganti dengan perasaan senang luar biasa akibat mengingat kejadian romantis yang ia lakukan di club bersama Deka. Sungguh jika bisa mengulang, Eva sangat ingin merasakan itu lagi.
Dimana cowok itu bertindak seolah-olah dirinya adalah gadis satu-satunya yang Deka cintai. Walaupun Eva tak bisa mengelak dari fakta bahwa sebenarnya Deka masih saja menyebut nama sang istri di tengah kemabukannya itu.
"Deka, maaf ya gue harus jujur."
Eva tersenyum tipis dengan tangan satu tangan memainkan ujung rambut. Dia memperhatikan Aya dan Deka yang tengah berlari menuju villa, dalam keadaan basah kuyup patsuri itu masih sempat-sempatnya tertawa bermain hujan.
🙈
"Hai Dis," sapa Nando ramah. Sengaja menunggu di lantai atas dengan berpura-pura sibuk. Karena ada seseorang yang ia tunggu. Siapa lagi kalau bukan Disa.
Cewek cerewet yang kini menjadi lebih pendiam dari biasanya. Disa si gagal move on, isi otaknya masih berseliweran tentang Juna. Sang cinta pertama.
Saat keluar dari kamar, Disa langsung dihadapkan oleh makhluk tampan. Menguntit di sebelahnya dengan wajah ceria. Lantas gadis itu mengeryit risih.
"Hai," balas Disa berat hati.
"Mumpung masih liburan di sini, gue mau ngajak lo jalan-jalan. Mau gak?" tawar Nando menatap ke bawah, Disa berjalan sangat cepat. Ia susah mengimbangi, entah kemana gadis itu akan pergi.
"Kemana?" jawab Disa sedikit tertarik.
Langkahnya berhenti tepat di ruang makan. Dia duduk kemudian merobek kemasan isi keripik kesukaannya itu lalu memakannya penuh hikmat. Menemani rasa bosan, ia memperhatikan wajah Nando dari samping.
"Ya... kemana aja, tempat yang lo suka gitu," kata Nando sambil mengusap rambut ke belakang.
Sengaja atau tidak, Nando bukan tebar pesona. Dirinya hanya lumayan risih dengan rambut depan yang mulai memanjang hampir menutupi alis.
Bagai tersihir, Disa tak berkedip sedikit pun ketika menyaksikan aura ketampanan cowok di sampingnya itu. Tersadar akan pikirannya, Disa langsung menggeleng. Ingat, masih ada Juna yang harus ia perjuangkan.
"Boleh. Ke club, mau?" Disa mengangkat alis meminta pendapat.
Nando mengeryit ragu. Dirinya masih bingung, selama ini dia berpikir bahwa Disa adalah gadis lugu yang enggan menginjakkan kaki di tempat seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
USAI? (On Going)
Teen FictionBIAR GAK BINGUNG SAMA ALUR, SILAHKAN BACA JODOH UNTUK DEKAYAS TERLEBIH DAHULU!! Semenjak mengetahui kabar kehilangan istrinya, dunia Deka terasa hampa. Rasa bersalah bagaikan bayangan yang selalu mengikuti, menguntitnya tiada henti. Suara tangisan...