15. Identitas Palsu

1.9K 99 49
                                    

Sebelum baca, votemen dulu:)

Happy Reading^^

Keadaan nampak tenang. Sambil menunggu dosen masuk, Deka memilih untuk mengobrol bersama sahabatnya. Sedangkan di sebelahnya, Rean mendapat godaan dari beberapa cewek yang mendesaknya agar memberitahukan nomor ponselnya.

Tak jarang Deka dan sahabatnya diperlakukan sama seperti itu. Namun, semenjak kehadiran Rean di sana, perhatian perempuan jadi teralihkan.

“Yaelah padahal gue ngeshipin kalian tau gak, kenapa mesti gini sih hubungan kalian berdua,” protes Arga cemberut. Menatap jengkel Deka yang diam sejak tadi.

“Deka ini beneran lo kan?” Tanpa Deka duga, kedua tangan Nando menangkup wajahnya. Melontarkan tatapan penuh tanya, yang justru dibalas empunya dengan dingin. Tak lama kemudian, Deka menepis tangan tersebut dari pipinya.

“Jangan bahas dia, gue males dengerinnya,” jawab cowok itu sambil bermain ponsel.

Keempat pria yang berdiri tersebut lantas saling tatap. Terutama Genta, ia mengangga tidak percaya atas respon Deka. Sulit sekali menerima kenyataan sikap sahabatnya sekarang. Apa benar sefatal itu kesalahan istrinya?

Rean diam-diam mendengarkan obrolan mereka. Buku tebal di tatapnya fokus, membaca dalam hati. Tak menghiraukan gadis centil di depannya masih terus menggoda. Sungguh sangat risih, jika saja di ruangan ini tidak ada orang. Sudah pasti Rean akan menyiksa orang-orang menyebalkan seperti itu.

“Dewasa dikit bisa?” Pandangan Deka menajam tatkala dengan tidak sopannya cowok jangkung bermata coklat itu merampas ponselnya. Genta terkekeh pelan begitu mengetahui kalau sahabatnya itu tak benar-benar menghapus nomor istrinya. Melainkan hanya di arsipkan.

“Balikin ponsel gue,” pinta cowok berkemeja itu mengulurkan tangan.

“Gak, gue mau lacak nomor istri lo.” Sontak saja, pria yang fokus membaca tadi langsung melirik sekilas. Dan Rean tidak tahu, bahwa Genta menatap gerak-geriknya.

Tak ambil diam, Deka beranjak berniat merampas ponselnya. Namun, pergerakan Genta lebih cepat dengan memasukkannya ke dalam saku celana.

“Kirain lo bakal cinta mati sama Aya. Baru dikecewain dikit langsung koit perasaan lo hahaha,” ejek Rendi mendapat tatapan tak suka dari Deka. Sejak pembahasan tersebut dimulai, Deka mati-matian menahan emosinya. Entah kenapa, ini benar-benar sangat menyakitkan untuk dibahas.

“Gen, ngaku aja kalau lo masih suka sama Aya, Makanya lo khawatir banget sama dia,” ujar Deka kembali duduk. Menahan nafas emosi, dengan sebelah tangan terkepal. Melontarkan tatapan kurang bersahabat.

“Hati gue cuman buat Syena bukan Aya, gue khawatir sebagai kakak. Sikap lo udah keterlaluan karena biarin dia tinggal sama cowok lain selama ini.” Tak ada jawaban apa pun dari Deka. Ia menunduk membawa perasaan gundah, setiap omongan Genta selalu membuat perasaannya tidak tenang.

“Sumpah gue takut Aya di apa-apain sama Rean anjing itu?” Pernyataan Arga membuat pusat perhatian langsung tertuju pada Rean.

“Mulut lo dijaga, di sini ada nama Rean juga anjir!” tegur Nando memperhatikan orang yang dimaksud. Rean terlihat risih dan mencoba menahan kecanggungan yang terjadi.

“Buang ego lo jauh-jauh. Aya emang salah, tapi lebih salah lo! Karena putus tanggung jawab gitu aja sama dia, harusnya pikiran lo dewasain dikit, bahkan Aya ngechat lo tiga hari yang lalu gak lo liat. Dia minta bantuin sama lo, sebab Rean nyiksa dia!!”

USAI? (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang