PREQUEL|| Rien nest eternel

1.5K 77 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


______________

Netra boba hitam pekat itu terlihat bersinar saat mata itu tepat mengarah pada objek si jago merah yang tengah melahap rakus bangunan berlantai dua. Beberapa bagian bangunan tampak runtuh karena dilahap habis oleh si jago merah. Tangan kecil itu terkepal kuat saat beberapa pria berpakaian hitam terus menuangkan bensin ke arah bangunan yang terbakar itu hingga api semakin melahap hebat bangunan itu.

"Bajingan!, apa kalian tidak punya hati nurani sedikitpun. Sampai membuat rumah kami hancur!," Seorang wanita paruh baya berteriak histeris melihat tempat tinggal dirinya dan anak anak pantinya kini hancur terbakar oleh api.

Pria itu menendang kuat kaki santi. "Saya tidak peduli, karena ini sudah menjadi tugas saya yang di perintahkan oleh ketua saya." Pria itu berdecih, kembali menyuruh beberapa bawahannya membakar habis bangunan itu.

"Cepat bakar habis semua nya!"

"Paman~ tolong jangan bakal lumah kami," Bocah yang setidaknya berusia sekitar empat tahun itu memeluk erat kaki pria itu mencoba menghentikan mereka namun naasnya, tubuh kecil itu terpental jauh saat pria itu menendang kuat perutnya.

"Hiks.. Paman! Jangan bakal lumah kami," tangisan bocah itu pecah saat itu juga merasakan seluruh badannya sakit karena menerima kekerasan.

"Hentikan! Jangan menyakiti anak ku." Santi berusaha keras bangkit untuk menghampiri bocah empat tahun itu yang kini meringkuk di tanah melindungi Kepala nya yang berusaha di tendang oleh pria itu.

"Cepat selesaikan ini, aku sudah muak dengan para sampah ini." Pria itu mendorong kuat badan bocah itu dengan sigap santi menangkap nya. Wanita itu melawan rasa sakit pada kakinya lalu mendekap erat badan bocah itu.

Bugh!!

"Hentikan ini, s-saya akan menuntut kalian karena sudah melakukan kekerasan dan merusak fasilitas panti," ujar Ilham--suami dari santi itu memberikan bogeman mentah pada pria itu.

Pria itu tersenyum remeh, dengan santai pria itu membalas pukulan pada Ilham bertubi-tubi. Santi berteriak histeris berusaha menolong sang suami namun tubuh nya di hantam kuat dengan balok kayu oleh pria lainnya.

Ceklis..

"Berhenti merepotkan jika tak ingin kepalamu menjadi sasaran timah panas ku," Pria itu menempelkan moncong revolver ke kepala Ilham.

"Saya tidak akan berhenti untuk melindungi panti dan anak anak panti," Ilham masih tetap pada pendirian nya. Untuk selalu menjaga dan melindungi anak anak pantinya.

Pria itu menggeram marah hingga di detik berikutnya senyum miring tercetak jelas di wajah pria itu. "Katakan selamat tinggal pada pria tak berguna ini.."

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang