CHAPTER 24

204 16 0
                                    

Ramaikan Chapter
🔥Terbaru 2530 kata🔥💋

****

Klik.. Tec!

Ruangan apartemen yang luas, terlihat berserakan akan beberapa helai pakaian. Entah kotor atau bersih, namun melihatnya saja sudah berspekulasi bahwa pemuda yang tengah tidur menempati salah satu ruangan apartemen itu terlihat begitu malas dan jorok.

Surai berantakan dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Pemuda lusuh tak terurus itu kini perlahan membuka kelopak matanya yang terasa berat. Mau tak mau tangannya terjulur meraih ponsel yang tergeletak di lantai.

Mengacak surai legamnya, dengan rasa kantuk dan penasaran teramat pada sebuah nomor tak dikenal. Mengutak ngatik ponsel berlogo apel gigit itu lantas ia tatap lamat tak berkedip.

"F-fuck, si-sialan itu!"

"Markas!"

"Tuan muda! Anda mendengar saya berbicara bukan?" Suara dari Jorge berhasil menarik dan mengejutkan perhatian pemuda didepannya. Dengan gesit ibu jari Dipta menekan tombol daya, hingga ponsel ditangannya mati sebelum Jorge sempat melirik isi didalam ponsel itu.

"Yeahh! Aku mendengarmu Joch. Pergilah sekarang, jika tak ingin terlambat ke pertemuan umum antar perusahaan Daddy," Pemuda itu tampilkan senyum terbaik nan termanisnya membuat pria dewasa didepannya hanya bisa menghembuskan nafas pelan.

"Kalau begitu saya pamit undur diri. Tolong untuk satu hari ini saja tidak membuat ulah tuan muda." Jorge membungkuk singkat lantas pria bersarung tangan putih itu segera memasuki Buggati hitam.

Dipta meletakkan kedua sikutnya di pintu mobil, menahan kaca saat Jorge akan menaikkannya. Jorge tilik saksama anak dari bossnya itu. Kini Dipta dengan penuh gaya anehnya, menurunkan kaca mata hitamnya sampai tersangkut di batang hidung bangirnya.

Mulutnya aktif mengunyah permen karet sampai membuat gelembung dari makanan lengket itu dan meletuskannya.

"Tidak bisakah hidupmu tenang seperti wajahmu, kau ini lelaki tua yang selalu saja penuh perhitungan dan peraturan." Kata Dipta meletuskan gelembung permen karet di mulutnya hingga membuat Jorge memejam singkat karena jarak antara wajahnya dan gelembung permen karet yang begitu dekat.

"Aku masih tau batasanku. Jadi berhenti terlihat tidak tenang saat meninggalkanku, ini sekolah bukan penangkaran hewan lepas," ujar Dipta kemudian ia tekan dengan kuat klakson mobil hingga menimbulkan suara yang agak keras. "Pergilah, karena perginya kau dari sini. Itu adalah kebebasan sejati untukku."

Usai berucap tadi, lantas segera Dipta berjalan gontai memasuki lobby utama sekolah. Belum sempat melewati pintu lobby, Dipta kembali berbalik dan berjalan kembali tepat dimana Buggati hitam yang dikendarai Jorge melesat pergi.

Tak menunggu lama sebuah taksi putih berhenti didepan Dipta. Kaca taksi terbuka menampilkan sang supir taksi sendiri. "Atas nama Raksa?" Kata sang supir seraya melihat ponselnya.

"Ya, saya sendiri." Dipta memasuki taksi yang kemudian mulai melaju meninggalkan lobby sekolah dengan kecepatan sedang. Siap mengantarkan sang penumpang ke tempat tujuan.

Kesempatan yang begitu bagus dan pas untuk Dipta kembali ke kehidupannya yang dulu, bebas layaknya burung yang mengudara bebas di langit. Tepat hari ini dan saat ini pertemuan umum antar pemegang saham tengah melakukan perkumpulan satu sama lain.

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang