CHAPTER 27

232 23 4
                                    

Bell tanda waktu istirahat telah berbunyi, berdengung mengisi kawasan elit didalam gedung Ellesmere school yang kini nampak ramai dengan lalu lalang para siswa siswi yang menaungi beberapa kelas di Ellesmere school.

Langkah kaki terdengar mendominasi, para murid yang berasal dari kalangan atas, keluarga terpandang dengan beberapa bisnis yang masing-masing dari keluarga mereka jalankan.

Netra pekat itu mengkilap ditengah kerumunan kantin utama yang dipenuhi semua siswa. Ia bawa langkah kakinya yang terbalut sepatu pantofel hitam itu melangkah lebih memasuki area kantin.

Tak perlu untuknya mengantre berlama lama untuk bisa mendapatkan hidangan yang ia inginkan, sajian utama yang mahal bisa Dipta dapatkan dengan mudah. Kembali berbalik pemuda itu melangkah pada salah satu meja kantin yang berada didekat jendela.

Hanya diisi keheningan didekatnya duduk, karena hanya diisi beberapa siswa yang pintar, sibuk dengan makanan tidak untuk bergosip ria ataupun mempertanyakan bagaimana orang itu dan orang ini. Ipad setia berada disalah satu tangan mereka dengan mulut sibuk mengunyah dan mata menatap pada layar Ipad.

"Kau mau berbagi sandwich denganku," Lontar Dipta menyenggol bahu siswa berkacamata di sebelah nya.

Siswa itu menoleh namun belum ada niatan untuk menjawab. "Aku mengambilnya terlalu banyak, kukira akan habis terny--"

"Taruh saja di nampan ku," Tunjuk dia dengan dagunya. Kembali fokus pada Ipad ditangan kirinya.

Tak terlalu mengindahkan sikap singkat pemuda itu, Dipta kembali fokus pada makanannya. Dilain arah, arah masuk kantin terlihat Lyra dan kedua temannya memasuki kantin. Ketiga gadis populer itu melangkah tegas namun hangat secara bersamaan.

Vibes mereka yang positif namun tidak mudah di dekati membuat ketiganya benar-benar sulit didekati atau diganggu dengan hal random. Terlalu tinggi level finansial mereka, membuat beberapa siswa Ellesmere segan pada mereka.

Gadis berkuncir satu pita dengan rambut gelombangnya menatap kesana kemari. Mencari titik objek untuk ia pandang, berdetik-detik ia mencari sampai sudut bibir manis Lyra terangkat. Tersenyum tipis sangat tipis menilik pada Dipta yang tengah duduk santai di meja dekat jendela.

"Untung saja ia hanya berteman dengan para si pendiam dan pintar." Itu Rosella yang berceletuk. Lalu gadis bersurai merah itu menyenggol lengan Lyra--si gadis bersurai blonde dikuncir satu pita itu.

Lyra melingkarkan rambut gelombangnya dengan jari telunjuknya, lantas gadis cantik itu tersenyum malu malu. Namun tetap memasang sisi tegasnya.

"Biarku tebak, pemuda sepertinya pasti hanya akan luluh pada gadis tegas namun sedikit cerewet."

Fleur si gadis ketiga ditengah tengah mereka menyembulkan diri. "Dan siapa gadis itu?" Tanya Fleur--si gadis bersurai lurus tergerai dengan tambahan bandana biru yang menghiasi rambut sehat, hitam alaminya.

"Tentu saja Lyra Novanda. Lihat saja, putri tunggal Joshin ini akan segera meluluhkannya." Lyra berucap tanpa beban. Mengarahkan tangannya yang membentuk segi empat memanjang, mengarahkan tepat wajah Dipta ketengah tengah kotak segi empat panjang itu.

Lyra berbalik sebelum Dipta sempat mengangkat pandangannya untuk melihat sekitar. Gadis itu tersenyum, sedangkan Dipta hanya melirik sekilas ke arah mereka tanpa tau jika ketiga gadis itu ialah Lyra--si gadis menyebalkan dengan kedua temannya.

"Hey! Kau akan kemana? Tidak menemuinya dulu!?" Fleur kontan bertanya menilik sisi punggung Lyra yang sudah menjauh dari kedua temannya.

"Ayolah Fle, dua menit lagi kelas musik kita akan dimulai." Rosella merangkul pundak Fleur. Lalu mengintip Dipta dari balik punggung Fleur. "Nanti saja menemuinya, Fle."

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang