CHAPTER 23

326 29 2
                                    

Pintu besar bercat silver dengan ukiran indah itu terdorong kedalam lalu terbuka lebar memperlihatkan langsung sepasang heels merah menyala. Melangkah tegas dan elegan kaki jenjang Rue, semakin menyusup mendekati ranjang tempat tidur besar di dalam kamar tersebut.

Rue tarik ujung selimut putih tebal itu menurun kebawah hingga menampilkan kepala berbulu halus di balik selimut itu.

Mengambil duduk di tepi ranjang, segera Rue usap lembut surai coklat tua milik Dipta. Menyentuh dan memberikan garisan samar pada pipi dan batang hidung bangir milik sang putra yang nampaknya sedikit terganggu dalam tidur nya, namun semakin ia menyusup ke kasur guna menyambung tidurnya.

"Bangun sayang, bukankah hari ini ada kelas untuk mu hadiri?"

"Lima menit lagi mom, please.." Suara serak khas bangun tidur itu terdengar dibalik wajah yang semakin terbenam di bantal.

Rue terkekeh merdu segera wanita itu berikan kecupan pada dahi sang anak usai membalikkan tubuh sang putra menjadi telentang di kasur. Menekan heelsnya ke lantai lantas segera ia berdiri berjalan menuju walk in closed. Bersedekap dada sejenak mengamati setiap inci beberapa kemeja putih mahal dan beberapa jas sekolah berwarna biru gelap yang tertata rapi dan steril di walk in closed.

Punggung jemari lentiknya menyentuh bagian bahu pada jas biru gelap dengan tambahan liontin di bagian dada kiri serta merta lambang sekolah internasional tercetak rapi di sana. Mengkilau liontin itu saat jemari lentiknya mulai mundur perlahan kebelakang, tergena guncangan ringan dari gerakan yang diciptakan Rue.

Semuanya begitu memukau dan mahal serta merta elegan disetiap sisinya. Bordiran rapi dan nyaman membuat sudut bibir Rue tertarik kecil keatas.

Masih mundur perlahan jemarinta hingga terangkat dan mulai meraih sebuah jas dan dilanjutkan dengan kemeja putih dan celana dasar berwarna abu-abu gelap.

"Kenati,"

"Yaa, Nyonya." Kenati yang mengenakan seragam Butler itu berjalan mendekat, saat wanita itu memanggilnya, namun sorot mata Rue terus memperhatikan tiap lekuk seragam sekolah untuk sang putra.

"Siapkan seragamnya, jangan lupakan untuk mensterilkannya kembali."

Keluarlah Rue dari sana, didapatinya sang putra yang sudah duduk bersila diatas kasur dengan punggung yang menempel di dashboard tempat tidur. Menggeleng pelan kepala wanita itu saat ia dapati ternyata Dipta tengah menunduk sembari bermain game di ponsel.

"Masih pagi sayang, cepat persiapkan dirimu atau Mom suruh Daddy mu yang menyiapkan. Mau?"

"No! Okay okay. 30 menit aku bakalan turun." Mendongakkan Kepala nya serta merta memberikan senyum terbaiknya namun yang Rue tangkap hanyalah senyum paksaan.

Merunduk rendah Rue lalu membenarkan tatanan rambut singa sang putra. "Mom dan Dad tunggu dibawah. Bersiaplah," Berlalu wanita itu pergi meninggalkan kamar anak tunggal nya.

Menggaruk tekuk lehernya malas dengan bola mata hitam yang menisik kesana kemari. Melemparkan asal ponsel berlogo apel gigitnya diatas kasur lalu mulai berjalan menuju kamar mandi.

"Tuan muda, seragam anda sudah disiapkan."

"Baiklah, kau boleh keluar." Jawab Dipta acuh tak acuh kemudian merendam seluruh tubuh nya di Batdrub hanya surai coklat tuanya yang terlihat menyembul didalam Batdrub.

30 menit usai kini sepasang sepatu tali hitam mengetuk dilantai marmer karena langkah yang Dipta ciptakan. Maniknya menilik begitu lekat seragam baru yang ia kenakan saat ini. Menarik kedua sudut bibirnya keatas hingga wajah rupawannya menampilkan senyum berdimple.

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang