Secercah harapan kecil itu mulai tumbuh diantara ketiganya, dorongan kecil dengan segala usaha yang melingkupi kerasnya dikehidupan ketiganya. Namun yang pasti, jantung kehidupan Rue dan Mathias benar-benar bergantung pada buah hati mereka. Buah cinta mereka yang kini berhasil kembali kepelukan mereka, dekap erat hangat mereka terasa begitu mengikat jiwa serta raga Dipta.
Pemuda yang dulunya hidup entah berantah dimana berada. Dan dimana asal nya berada. Kini menjadi terlihat begitu dikekang oleh kedua orang tuanya. Pemuda yang dulunya sering menyimpan semuanya sendiri, kini berangsur-angsur menumpahkan sakit dan perasaan dongkolanya pada sang ibu.
Wanita yang sanggup membuat pertahanan dekap dingin hati Dipta, dengan Melliflous dan segala kelembutannya sanggup membuat hati dinginnya runtuh saat itu juga. Mengabaikan segala kelakukan memendamnya dulu, kini ia mulai terbuka dengan apapun hal yang berkaitan dengan dirinya.
Detak pelan namun teratur itu bisa Rue dengar, jemari lentiknya menyentuh dada sang anak yang masih terbaring diranjang dengan nassal canula yang masih bertengger diwajah tampan putranya.
Sedari sang suaminya pulang dengan putranya yang tertidur digendongan Mathias membuat Rue hampir kehilangan pijakannya saat itu juga. Rela tak tidur demi terus menilik lekat putranya yang masih dalam tidur diatas ranjang, ruangan kamar yang luas dengan alat alat medis lengkap didalamnya, hanya diisi suara detak jantung Dipta saja dari alat monitor yang memperlihatkan garis keriting didalamnya.
Putranya kembali drop dengan jantung yang kian sering kumat jika pemuda itu kelelahan.
"Kau tidak ingin menyelesaikan meeting mu, Dipta biar aku yang akan menunggunya." Dari sudut ruangan dekat jendela. Mathias berujar dengan posisinya yang berbaring disofa.
Kepalanya yang berada dipegangan sofa tampak menoleh kesamping menilik punggung Rue yang membelakanginya. Tak ada sahutan dari sebrang, membuat Mathias kembali mengistirahatkan tubuhnya disofa. Menekan kelopak matanya, membuat netra legam mengkilat itu tampak tertutup oleh kelopak mata yang ditekan.
Helaan nafas berat terdengar didekat ranjang Dipta. Tubuh ramping dan tinggi itu lantas berdiri, mengusak surainya naik kebelakang sembari melipat bibirnya kedalam. Ponselnya terus berdering diatas nakas.
Meraih kasar ponsel miliknya lalu segera berbalik berjalan kearah sang suami yang masih memejamkan mata walaupun pria itu masih bisa mendengar dengan jelas apa yang istrinya lakukan.
"Kutitipkan putraku padamu. Kondisinya masih drop jangan sampai menyakiti mentalnya." Ancam serta memberikan tudingan pada Mathias.
Mathias mengambil posisi duduk dengan kedua kaki yang mengangkang lalu kedua tangan yang terentang dikepala sofa. Melonggarkan dasi dikerah suitnya. Lantas mendongak rendah menilik langsung pada manik coklat muda sang istri yang hanya dibatasi oleh jarak 1 meter.
"Pergilah jika benar-benar mendesak, atau tetap disini jika tak terlalu mendesakmu. Rue," Lontar Mathias memijat pelipisnya. "Sebentar lagi Gamma akan datang untuk memeriksanya kembali." Dagunya mendongak menunjuk putra mereka yang masih terlelap dalam tidurnya.
5 menit setelah kepergian Rue hanya diliputi keheningan. Hingga Mathias mulai melangkah mendekati ranjang guna mengecek sang anak. Mendudukkan bokongnya di pinggir ranjang lalu mendaratkan bibirnya didahi putranya.
Pun salah satu tangan besarnya ikut mengelus lembut pipi sang anak yang mulai berisi itu.
Mungkin merasa terganggu hingga kelopak mata itu tertarik kemudian menampilkan bola mata yang benar-benar mirip dengan Mathias.
"M-mau ngapain lo!" Baru saja terbangun namun keturunan Velasco satu itu benar-benar membuat siapapun darah tinggi.
Demikian juga wajah tenang yang selalu Mathias tampilkan kini terlihat terkejut. Dengan gesit mengangkat sang anak ke gendongan koalanya lalu menekan kepala berbulu itu didadanya. Berontak tentu saja, namun suara lirihan itu kembali terdengar membuat seorang Mathias pemimpin Tatsuo itu merasa benar-benar malu kepayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
FanfictionMenjalani hidup penuh keterpaksaan tanpa satu orang pun keluarga kandung yang berada di dekat nya, hingga pada detik kematian nya seorang musuh datang dengan sebuah fakta mengejutkan tentang siapa dia sebenarnya terkuak. Pradipta, hanya seorang pem...