1 emot untuk Chap, kali ini.
Tetap berjuang menunggu pradipta up, sampai book ini selesai 😘💋
****
"Bukankah dia alasanmu menghilang saat Dimitri tiba di sekolahmu," Itu jelas pertanyaan menekan dan intimidasi dari sang Ayah.
Dipta memalingkan wajahnya kearah lain, enggan menilik empat orang yang membuatnya benar-benar membingungkan saat ini. Kerahnya masih digenggaman Eliseo dari belakang. Dia tak bisa mundur ataupun melangkah pergi dari sana.
"Kenapa bisa bajingan ini disini?"
"Berbicara pada siapa kamu, tatap mata Daddy jika pertanyaan itu kamu tujukan pada Daddy." sangah Mathias yang tengah berdiri didepan kursi kebesarannya. Disebelahnya tentu ada Rue yang tengah bersedekap dada menilik langsung pada putranya yang masih ditahan Eliseo.
Eliseo menggeser bola mata keemasannya kepada Dipta, dengan cepat pria itu menahan kepala adiknya yang akan segera mengalihkan pandangnya kearah lain.
"Masih tidak ingin mengaku?" Eliseo bertanya dengan pandangan menekan pada tatapan malas Dipta.
"Jika tidak ada, itu artinya Daddy anggap kamu tidak ada lagi urusan dengan Reza." Ungkap Mathias meraih pistolnya diatas meja, menarik buntut pistol hitam pekat itu kebelakang, siap untuk menarik amunisinya lalu mengarahkannya pada Reza yang masih berdiri ditengah aula. Tatapan pemuda itupun tampak meredum dengan beberapa lebam diwajah yang menghiasi wajah Reza-- si pemuda yang kini sudah menginnjak usia 19 tahun itu.
Dipta mendongak tak percaya dengan sikap Daddynya yang terlalu blak-blakan dan frontal serta mengancam saat dirasa semuanya tak berguna bagi pria dewasa itu.
"Tunggu dulu! Kenapa semuanya tiba-tiba gini. Kakak, apa semua ini." Dipta mendongak menatap Eliseo yang hanya menatapnya diam. Dirasa Eliseo sudah melepaskan kerahnya. Segera Dipta berjalan mendekati Reza yang kini tersenyum tipis meniliknya.
"Apa kabar?" Intonasi lembut pemuda 19 tahun itu lontarkan. Begitu merindukan sosok bocah yang sedari kecil mereka selalu bersama itu.
"Jelasin semuanya, kenapa lo bisa ada disini." Ujar Dipta sembari meneliti setiap inci wajah sahabatnya yang tak berubah. Masih tampan seperti dulu dengan jawlinenya yang nampak tegas.
"Gak ada yang perlu dijelasin. Akhir dari semuanya bakalan jadi gini, dendam masa lalu bakalan ngancurin semua orang yang terlibat didalamnya." Reza berujar singkat yang langsung mendapatkan bogeman mentah dari Dipta tepat dibibir pemuda jakung itu.
Berdarah sudut bibir Reza namun justru pemuda itu hanya terkekeh rendah sembari menjilati darah dibibirnya. "Kau marah karena aku menghilang, atau karena aku akan terbunuh disini karena sudah berani menampakkan batang hidungku dikediaman mu."
Melupakan efek alkohol didalam tubuhnya, Dipta melangkah lebih dekat pada pemuda jakung itu.
"Lo emang bener-bener bajingan setan yang ngilang tanpa ngasih kode apapun ke gue. Bokap lo udah mati kan? Jadi ngapain lo masih nimbul disini. Bener-bener nyari mati lo ya," Ucap Dipta mendongak guna menatap wajah Reza yang menjulang didepannya.
Mathias didekat kursi kekuasaannya bersedekap dada sembari menonton keangkuhan putra semata wayangnya. Anak itu benar-benar mewarisi gen nya.
"Justru aku kesini karena itu panggilan langsung dari Mr. Velasco, hak aku bakalan kuambil kembali bukan. Walaupun bokap sah aku mati." Reza mengalihkan pandangnya kearah depan, tepat dimana Mathias berada, merundukan kepalanya tanda ia benar-benar menghormati putra bungsu Abrashoff Velasco itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
Fiksi PenggemarMenjalani hidup penuh keterpaksaan tanpa satu orang pun keluarga kandung yang berada di dekat nya, hingga pada detik kematian nya seorang musuh datang dengan sebuah fakta mengejutkan tentang siapa dia sebenarnya terkuak. Pradipta, hanya seorang pem...