Roma--Italia, Vatican City.
Selamat meramaikan
.
.
.Kanvas langit perlahan berganti warna, menyibak nuansa hangat yang memenuhi cakrawala. Sinar keemasan menyebar, memercik di atas permukaan air yang tenang.
Bayangan-bayangan memanjang, mengikuti irama pergerakan benda-benda di bawahnya. Suara-suara alam berbisik lembut, menyambut turunnya tirai hari.
Hembusan angin yang sejuk membelai kulit, tanda berakhirnya satu periode dan dimulainya yang baru. Keindahan yang fana ini seakan mengisyaratkan untuk dinikmati, sebelum malam menyelimuti semuanya dengan ketenangan.
Namun nyatanya bukan Mathias yang memberi sebuah permintaan padanya, justru dirinyalah yang meminta sebuah permintaan. Dan ia sebagai seorang anak tentu ia mempertanyakan siapa ibu kandungnya dan dimana keberadaan wanita yang melahirkannya saat ini.
Malamnya lantas Dipta segera bertanya apakah ia masih memiliki seorang ibu, dan dia ingin tau dimana keberadaan sang ibu berada. Karena mustahil didunia ini jika hanya ada orang tua tunggal. Sungguh diluar logika.
Saat pagi pagi buta tadipun, tak ada pembicaraan yang keluar dari mulut Mathias mengenai perihal yang ia tanyakan tadi, afeksi berburuk sangka sampai sampai menyeruak memenuhi otak dan pikiran nya, namun keterdiaman sang Daddy justru membuat mereka kini menaiki sebuah van milik Mathias.
Mathias bilang jika ia akan segera menemui istrinya, termasuk ibu kandungnya juga. Dan tentunya Dipta senang akan hal itu, namun disisi lain ia khawatir jika kehadirannya dihadapan sang ibu justru membawa bencana bagi wanita hebat yang telah melahirkannya kedunia.
"Aku gak tau gimana respon istri Daddy nanti kalau aku ketemu dia." melirih Dipta berucap dengan kepala melengos menatap kaca mobil yang memperlihatkan suasana sudut kota Roma--Italia.
Benar, ia tengah berada di Italia. Negara kelahiran Mathias, dan disana juga tempat sang ibu menetap.
Mathias yang tengah sibuk mengutak ngatik layar IPad kini terhenti, pria dewasa itu melirik kearah sang anak yang kini menempelkan wajahnya dikaca mobil.
"Kau khawatir jika dia tidak menerima mu? Atau karena kau tidak percaya pada dirimu sendiri?" ujar Mathias masih menatap punggung yang lebih kecil darinya itu. Lalu tak lama sang anak menoleh sepenuhnya padanya.
Dipta menggeleng pelan lalu mengangguk. "Aku cuma gak mau nyakitin orang lain lagi, karena kondisi mental aku yang susah berkomunikasi dengan orang baru. Mungkin istri Daddy gak sekuat dan sesabar Daddy waktu ngadepin emosional aku."
Mathias tersentak ditempatnya, ia menilik dalam netra Copiannya. Mathias mengendurkan dasinya, agak terasa sesak nafas namun disisi lain, perutnya terasa seperti digelitik. Senang dan terenyuh mendengar penuturan kontan yang sang anak ucapkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
FanfictionMenjalani hidup penuh keterpaksaan tanpa satu orang pun keluarga kandung yang berada di dekat nya, hingga pada detik kematian nya seorang musuh datang dengan sebuah fakta mengejutkan tentang siapa dia sebenarnya terkuak. Pradipta, hanya seorang pem...