"Pulang sekolah baju harus tetap rapi dan bersih. Ingat, pulang sekolah nanti langsung pulang jangan mampir mampir."
Bagaskara baru menampilkan cahayanya, namun Rue sudah mengomel sejak dua jam yang lalu. Mengatakan dan membujuk sang anak jika tidak usah masuk sekolah hari ini. Namun Dipta tetap pada pendiriannya yang kekeh ingin tetap masuk sekolah walaupun sempat berdebat sengit dengan Mathias yang akhirnya pasrah menuruti keinginan putranya.
Keduanya masih tidak yakin untuk tetap membiarkan putranya berbaur kembali dengan dunia luar. Walaupun pengawasan masih tetap terlaksanakan, tetap saja tak membuat sang anak berhenti untuk tetap berbaur didunia luar.
Dilanda cemas dan gelisah tak berujung, Rue hampir meneteskan air matanya saat sang anak tetap memilih untuk memaksa tetap masuk sekolah.
Surai legam Rue nampak dicempol lalu wanita itu sibuk memasukkan bekal dan camilan untuk sang anak disekolah nanti. Semenjak kehadiran putranya, wanita itu tentu saja lebih memilih berdiam di rumah dan sibuk mengurus buah hatinya, membuat beberapa camilan kesukaan Dipta.
Pun ada rasa senang begitu mencuat saat Rue sibuk menata penampilan dan seragam yang akan dipakai Dipta.
Tak tanggung tanggung, gaya rambut pun Rue yang mengaturnya. Seragam yang rapi dan bersih menjadi pengalaman pertama bagi Dipta untuk pemuda itu rasakan.
Ia bersyukur masih memiliki kedua orang tua yang begitu mengasihi dan menyanyanginya dengan tulus.
"Jangan jajan sembarangan. Mommy udah bikinin kamu bekal, istirahat nanti dimakan. Awas kalo Mommy liat bekal kamu gak dimakan." Peringat Rue untuk kesekian kalinya.
Dipta menghela nafas pelan, hanya mengangguk tak berani membantah ucapan sang ibu.
"Nanti masih ada ekskul basket disekolah. Aku pulangnya agak telat dari biasanya." Celetuk Dipta sembari memakan roti panggang di tangannya.
Jemari lentik Rue yang tengah memasangkan dasi terhenti, wanita itu tatap wajah putranya. "Tidak bisa ditunda yaa.."
Dipta menggeleng, "ini bukan sekedar kegiatan ekstrakurikuler, tapi ini juga hobi aku." Berusaha menyakinkan sang ibu walau pemuda itu pun merasa ingin ikut menangis melihat netra coklat wanita itu berkaca-kaca.
Rue berdiri usai menyelesaikan pemasangan dasi dileher putranya. "Baiklah, hanya untuk hobimu saja." Wanita cantik dengan make up natural itu tampak mendudukkan dirinya di kursi meja makan bersebrangan dengan Dipta.
Hening melanda keduanya dengan tugas dan kesibukan masing-masing. Hingga dentingan suara lift terbuka terdengar menandakan seseorang dari lantai atas tengah berjalan keluar dari tabung besi itu.
Ketukan sepatu fantofel hitam mengkilap menjadi ciri khas dari penguasa kediaman mewah ini untuk melangkah kemanapun dan kapanpun pria asal Italia itu inginkan.
Melangkah angkuh pria tinggi besar itu menuju kearah dua orang tercintanya. Lalu salah satu tangan besar itu mengacak surai coklat tua milik putra semata wayangnya. Disusul dengan beranjak memutari meja makan lalu memberikan kecupan lembut nya didahi sang istri.
"Morning," suara berat itu mengalun mengisi keheningan ruang makan. Kursi paling ujung berdecit lalu disusul dengan Ayah Dipta itu mendudukkan bokongnya di kursi.
"Nak, hari ini Daddy akan mengantarmu kesekolah. Untuk ibumu usahakan untuk mematuhinya sesekali," Ujarnya sembari menuangkan jus lemon ke gelas kaca ditangannya.
Menyodorkan jus lemon ke hadapan sang istri lalu ikut memberikan segelas susu vanilla di hadapan sang putra. "Jus lemon untukmu honey, vanila milk untukmu nak." Mengisyaratkan kedua manik tajamnya pada dua orang terkasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
FanfictionMenjalani hidup penuh keterpaksaan tanpa satu orang pun keluarga kandung yang berada di dekat nya, hingga pada detik kematian nya seorang musuh datang dengan sebuah fakta mengejutkan tentang siapa dia sebenarnya terkuak. Pradipta, hanya seorang pem...