CHAPTER 20

355 13 1
                                    

"Dia adalah bayi A,S..."

"... Putra kita."

Hendak meraih Dipta yang berada dicekalan sang suami, takut-takut jika Mathias kembali melukai para anak-anak yang tidak berdosa. Justru gerakannya terhenti tiba-tiba, deruh nafasnya terhembus kuat mengudarakan uap hangat dari mulutnya.

Almond eyes itu sontak bergilir menatap lekat wajah datar sang suami. Sama sekali tak ada raut wajah lain. Dia benar-benar bodoh untuk memahami perkataan tak masuk akal dari sang suami. Netranya melirik sekilas kearah Dipta yang kini bola matanya bergerak gelisah dan berusaha menundukkan Kepalanya namun sang suami justru menahan kedua bahu sang anak.

Memberi kode untuk tetap tenang dan tidak menundukkan kepala.

Rue tak bersuara sama sekali. Wanita itu justru berbalik arah menghadap fodium dan seluruh tamu undangan yang masih sibuk menikmati pesta, lagi. Ada beberapa yang juga ikut melirik sedikit kearah mereka. Pun, Lizy dan suaminya yang juga ikut melirik mereka, pasutri itu hendak berjalan mendekat namun terjeda saat--

"Silahkan menikmati pesta peresmian pada puncak malam nanti, tetaplah bergabung satu sama lain. Sebagai tuan rumah saya ada urusan sendikit. Dan saya pamit undur diri." ujarnya lantang dan tegas, khas suara wanita dewasa dan Independent.

Penuh kharismatik ia menampilkan senyum mahalnya. Setelahnya kembali berbalik, ia tatapi lekat wajah Dipta yang masih berusaha menunduk tak ingin temu sapa dan belum berani untuk melihat wajahnya.

"Bisa beritahukan detail tentang yang pernah kudengar diam diam, kau membahas sesuatu dengan Ayah satu hari yang lalu." Lontar Rue kembali. Lalu berbalik dan melangkah anggun menuju lift diikuti Zergan dan dua orang anak buahnya lainnya.

Tertelan dan tak terlihat lagi ketiga nya di dalam tabung besi itu. Hingga dengan langkah lebar dan tegas segera Mathias melangkah mengikuti langkah sang istri, dibelakangnya diikuti Dimitri yang mengendong Dipta karena perintah langsung Mathias sendiri, dan Taylor yang juga mengikuti langkah nya.

Menyusupkan kepalanya di bahu lebar Dimitri, ia begitu gugup dan sedikit takut pada semua tatapan orang-orang padanya. Benar-benar Dipta menyembunyikan wajahnya di bahu lebar Dimitri.

Sedangkan diruangan yang berbeda di lantai tiga, terdapat Rue dan Mathias yang kini berseteru dengan santai, tenang, dan saling terbuka. Walaupun raut wajah Rue tak bisa bohong dengan fakta yang lebih mengejutkan lagi.

"Aku sudah menduganya bukan, kau terlalu cerdas dan logis dalam berpikir dan mengambil kesimpulan. Dari awal bukankah kau tau perangai ku. Suami mu ini tidak suka bertele-tele dan tidak pandai berbohong walaupun pikiran ku susah ditebak namun kau, Mrs.Velasco. kau sudah tau yang sebenarnya namun kau tetap berusaha terlihat tidak ingin menerima faktanya."

Mathias berdiri didepan sang istri, pria itu melepaskan paksa jas hitam ditubuhnya lalu melemparkannya asal di atas kasur.

Menyisir rambutnya kebelakang hingga terbelah dua rambut legam pria itu.

Rue memangku satu kakinya. Wanita itu lantas menekan kelopak matanya sejenak, dengan menghembuskan nafasnya pelan. "Fakta dan fakta, sedangkan dulu aku seperti orang gila yang begitu kesakitan saat kehilangan buah hatinya, aku tersiksa begitupun kau."

Putri tunggal Jefron Smith itu lantas menengadahkan kepalanya menilik langsung pada manik sang suami. "Kupercayakan semua pada mu, sedangkan aku juga ikut berjuang demi kesembuhan A.S, aku rela jauh dari buah hatiku, aku rela tetap bersabar untuk segera memeluk bayiku. Dia terus menangis dan kesakitan, bayiku benar-benar tersiksa. Namun aku hanya bisa melihat nya dari jauh tanpa bisa memeluk nya. Dan mengambil rasa sakitnya."

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang