"Tubuhnya cukup stabil begitupun fisiknya, luka- luka di tubuh tuan muda memang terluka cukup menganga namun kesembuhan pada lukanya tidak lama lagi akan segera sembuh. Namun dengan keadaan tenang saat inilah, pengawasan ketat dari tuan begitu diperlukan, mengingat jika jantungnya masih dalam permasalahan yang cukup serius. Afeksi vaksin yang pernah disuntikkan ketubuh tuan muda, baru bekerja baik setengah persen. Dan setengah persenya lagi belum bekerja dengan efektif. Hampir saja kami kehilangan detak jantung tuan muda, yang mengakibatkan tuan muda kehilangan kesadarannya cukup lama tadi."
"Fisiknya cukup kuat dan sehat, hanya jantungnya saja yang sering membuat tuan muda sedikit tersiksa. Dan kuharap, tuan besar, bisa memantau dengan baik untuk tuan muda tidak melakukan pekerjaan yang terlalu membebani, psikisnya tuan muda juga sedikit terguncang, itu sebabnya sebisa mungkin biarkan dulu pikirannya tenang."
Mathias mengenggam lembut tangan yang lebih kecil dari tangannya itu, ia usap lembut lalu menempelkan sebuah plaster bermotif dinosaurus di punggung tangan sang anak yang tadinya tertancap jarum infus.
Dia baru mengingat jika Dipta tidak suka dengan jarum suntik yang tertancap di badannya.
Benar-benar, anak itu menjaga tubuhnya agar tidak terluka. Walaupun nyatanya, jantung anak itu masih begitu lemah dan rentan.
Gamma dan Jackson yang selaku berprofesi dokter khusus untuk sang anak setia berdiri di dekat ranjang, tepatnya masih berada di kamar Mathias. Menatap lekat Dipta yang masih tertidur lelap di atas kasur.
Hingga mereka menilik begitu jelas wajah tampan pemuda itu yang amat mirip dengan Mathias. Namun dalam versi yang lebih lembut, berbeda dengan Mathias yang memiliki wajah tegas dan datar.
Benar-benar anak itu mewarisi wajah lembut sang ibu. Istri dari Mathias.
Jackson melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, pun. Gamma yang melirik ponselnya saat dentingan ponselnya terus berbunyi menandakan notifikasi masuk.
"Tuan saya permisi undur diri—,"
"Juga saya permisi, karena ada operasi darurat."
Bergegas dan berbarengan keduanya saat pergi dan berbicara. Setelah mendapat kibasan tangan dari Mathias.
Bolak balik berjalan kesegala sisi kamarnya dengan tangan kiri yang dimasukkan ke selipan celana blazer licin yang ia kenakan. Lalu mulai berhenti melangkah, mendudukan bokongnya di kursi dekat meja.
Membuka dan menyalakan MacBooknya dan mulai sibuk pada urusannya pada benda canggih itu. Sesekali melirik ke ranjang, sang anak masih tertidur lelap dengan dengkuran yang bisa ia dengar dengan jelas.
Sedikit mengelitik perutnya saat mendengar dengkuran itu. Sepertinya anak itu benar-benar tertidur lelap, bukan lagi dalam pengaruh obat bius, dengkuran yang cukup samar dan halus, namun terdengar begitu jelas.
Hanyut dalam pekerjaannya, sampai akhirnya dengan raut wajah lelah dan dingin itu. Mathias berjalan mendekati ranjang, ia memposisikan tubuhnya berbaring disebelah sang anak. Menselonjorkan kakinya lalu mulai berbaring tenang di ranjang. Dengan tangan kanan yang menjadi bantalan dibelakang kepalanya.
Sedang, tangan kirinya menyusup masuk kedalam kepalan tangan kanan sang anak. Hanya dua jari besar Mathias yang terkepal erat didalam genggaman tangan kanan Dipta. Begitu besar dan pas saat dua jemari panjang nan besar milik Mathias digenggam lemah oleh Dipta dibawah alam sadarnya.
Mathias melirik lekat kebawah menatap wajah dengan pipi Dipta yang tampak sedikit memerah. Ia deketkan bibirnya lalu ia curi kecupan lembut di kedua pipi yang memerah itu. Sungguh mengingatkannya pada saat sang anak berhasil lahir kedunia, wajah dan seluruh tubuhnya begitu memerah. Dengan kepalan tangan kecil yang buku buku jarinya berwarna pink.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRADIPTA
FanficMenjalani hidup penuh keterpaksaan tanpa satu orang pun keluarga kandung yang berada di dekat nya, hingga pada detik kematian nya seorang musuh datang dengan sebuah fakta mengejutkan tentang siapa dia sebenarnya terkuak. Pradipta, hanya seorang pem...