CHAPTER 5

280 18 0
                                    

Langit bergemuruh kencang saat itu juga dengan awan yang tadinya cerah kini tergantikan dengan awan yang gelap nan suram. Sesaat baru beberapa saat yang lalu dirinya tertawa atas kecerobohan Zayyan namun kini tawa itu tergantikan dengan rasa sesak dan rapuh teramat didalam dirinya. Teman seperjuangan yang tadinya bersama nya kini harus meregang nyawa saat bersamanya.

Dia merasa sungguh gagal menjadi teman yang baik dan selalu menolong temannya dalam situasi apapun. Namun kini pemuda itu harus meregang nyawa tepat di hadapan nya.

"Zay. Lo t-tunggu sini dulu." Dipta dengan penuhkehatian meletakkan kepala Zayyan di atas lantai.

Mengecup lembut dahi Zayyan. Kini wajah pucat dan bibir pucat Dipta saling bersentuhan saat Dipta sendiri mengecup dahi sang sahabat. Tatapan yang semula sendu itu perlahan lenyap tergantikan dengan tatapan kilatan penuh amarah dan kebencian yang tertera saat menatap Selena yang kini tertawa sinis di hadapan nya.

"Ini yang akan kau dapatkan jika terus mengusik ku!" Selena menarik kuat rambut Dipta hingga anak itu berdiri langsung. Selena membenturkan kepala Dipta di dinding hingga di saat itulah Dipta dengan brutal menendang perut Selena hingga wanita itu terdorong kebelakang.

Selena menggeram marah, wanita itu lebih memilih keluar tertatih tatih dari dalam gudang terbengkalai itu. Dipta tak tinggal diam dan juga ikut mengejar wanita itu. Perkelahian tak dapat dihindari keduanya karena Dipta begitu tak ingin melepaskan Selena dari genggaman nya.

Wanita itu juga nampak masih begitu tersulut emosi dengan ulah Dipta dan rombongannya yang selalu mengusik mereka.

Beberapa kali Dipta terus terbatuk karena Selena tak berhenti memukulinya. Tubuh nya penuh dengan tanah karena terus mendapat serangan dari Selena. Dengan perbedaan tinggi mereka yang cukup kontras membuat Dipta yang lebih pendek dari Selena tentu saja sedikit kesulitan menumbangkan wanita itu.

Tingginya hanya sebatas dagu wanita itu. Berbeda dengan Zayyan yang memang tinggi semampai dengan Selena.

Dipta khilaf, terus menerus memukul kepala Selena hingga akhirnya wanita itu tumbang karena nya. Tak ambil celah, Dipta menodongkan pisau lipat ke leher Selena. Guna memberikan ancaman bagi wanita itu, ingat! Hanya ancaman bukan untuk nya bermaksud menusuk wanita itu.

"Jika aku harus mati! Maka kau harus merasakan kesengsaraan terlebih dulu baru kau akan mati tanpa kehormatan." tekan Selena terkekeh sinis.

Selena dengan lihai membalikkan keadaan saat Dipta sendiri sedikit lengah. Selena menendang kuat dada Dipta hingga di saat itulah mata dan dada anak itu memanas bersamaan dengan nafas mereka yang tercekat.

"Sial! K-kenapa harus nyerang dada gue." Dipta merintih kesakitan memegangi dada nya yang berdenyut nyeri.

"Benarkah itu kelemahan mu," tawa selena mengudara saat itu juga.

Dipta berusaha bangkit dengan sisa tenaganya pemuda itu menusuk perut Selena kuat hingga suara wanita itu tercekat. "Sialan! Masih saja kau bertindak, dasar bocah bodoh!"

Dipta memiringkan kepala nya. "Iya, bocah bodoh inilah yang akan membunuhmu karena telah membuat teman ku pergi." Bibir pucat itu tertarik ke atas membentuk seringai.

Mungkin karena sudah berada di alam bawah sadar nya. Dipta terus menusuk pisau lipat milik nya ke dada Selena, terakhir tepat di leher wanita itu hingga Selena menghembuskan nafas terakhirnya.

"Lihat kan? Itu bukan hanya sebuah ancaman. Namun juga sebuah peringatan bahaya yang akan segera terjadi. Ah tidak, bahkan sudah terjadi." Dipta tak bisa menangis ataupun tertawa.

Yang hanya pemuda itu lakukan adalah terduduk di sisi Zayyan yang sudah terbujur kaku. Di sisi Barat ada Selena yang tergeletak mengenaskan tanpa nyawa lalu di sisi selatan ada Zayyan sang sahabat yang kini terbujur kaku dengan darah terus merembes keluar dari punggung pemuda itu.

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang