CHAPTER 8

256 23 1
                                    

Dipta sungguh merasa jengah dengan keadaan nya sekarang, bukan karena babak belur. Melainkan karena ocehan dan hinaan terus di layangkan padanya. Entah memang ini adalah hari sialnya di mana ia kepergok tengah menahan Ricky agar tak jatuh namun justru dirinya tadi seolah olah terlihat berusaha mendorong pemuda itu dari lantai tiga.

Dan tentunya mereka bertiga adalah anak dari donatur sekolah ini dan lagi Glen. Adalah anak direktur dari SMAN Taruna bakti. Hingga membuat ia di salahkan sepenuhnya atas kelakukan mereka tadi.

"Punya apa kamu sampai bisa membuat anak saya seperti ini! Kamu saya Terima di sekolah ini, karena otak kamu yang lumayan memuaskan. Namun dengan otak dongkol mu itulah, kamu dengan seenaknya menyerang orang lain!" ujar Noah-- Ayah dari Glen, sekaligus direktur dari sekolah ini.

Di sana. di sudut sofa. Dipta duduk, tak ada yang membela nya, karena Raksa, Januar, dan Leona tidak diperbolehkan masuk setelah tadi mereka membuat kekacauan karena melihat dirinya yang terpojok.

"Kamu punya otak! Dan masih punya mulut, jadi jawab apa yang tuan Noah ucapkan." Sentak Elena-- ibu dari Ricky yang terlihat begitu geram dengan tingkah Dipta yang hanya diam saja.

Dipta mengangkat kepala nya menatap wajah wajah dari mereka semua yang tampak memuakkan itu. "Saya juga mau angkat suara. Tapi kalian malah nyolot terus, gimana mau saya ngomong--"

Plak!

Kepala Dipta tertoleh ke samping saat dengan penuh amarah Noah menamparnya.

"Kurang ajar!" Noah menarik kerah seragam Dipta hingga pemuda itu berdiri. Dipta mengepalkan tangannya kuat saat netra bersinggungan dengan wajah remeh dari ketiga nya.

"Apa seperti ini? cara seorang orang tua. Memperlakukan, seseorang yang lebih muda dari mereka." Dipta menatap mereka satu persatu. "Pak Kevan? Apa begini cara nya seseorang yang berpendidikan tinggi menghormati seseorang."

Kevan sang kepala sekolah menatap gelisah ke aranya saat Dipta dengan terang terangan menyindirnya.

"Diamlah! Dan minta maaf pada putra ku," Noah mendorong badan Dipta lalu menekan kepala pemuda itu di kaki Glen putra nya.

Dipta berontak hingga ia terlepas dari jeratan Noah. "Bukan kah kalian semua lihat sendiri di CCTV saat mereka duluan yang memulai!" bantah Dipta.

"Saya tidak peduli. Putra Kami terluka karena mu, kau pikir. Kau siapa, berani sekali,"

"Hey kau dengar aku baik baik." Elena mendorong dahi Dipta. "Kau itu hanyalah anak yatim tak tau diri yang dengan seenaknya bertindak gegabah."

"Sadarlah. Kau hanyalah sampah,,, oh ya. Bukankah kau sendiri mengatakan jika orang tua mu tidak tau berada di mana." Elena menyatukan kuku panjang nan cantik milik wanita itu. "Biar ku perjelas. Mereka tentu nya tak sudi memiliki anak cacat dan tak berguna seperti mu," Tekan wanita itu.

Dipta mengepalkan tangannya kuat menahan amarah yang bergejolak di hati nya. Netra nya bergulir menatap Glen dan kedua temannya yang saat ini tengah duduk santai di sofa dengan kaki yang terangkat di atas meja.

"Anda menghina saya, belagak seperti anda memiliki kesempurnaan. Kau tau Ricky!?" Dipta sengaja membesarkan suaranya membuat semua perhatian tertuju pada Dipta dan Ricky.

"Nyonya Elena Sanjaya! Bukanlah ibu kandung mu yang sebenarnya!--"

"Apa maksud lo anjing!" Ricky tiba-tiba berdiri lalu menarik kerah baju Dipta.

Pemuda itu terkekeh pelan. "Lo itu cuma anak yang dibeli oleh wanita itu. Bahkan pernah gue denger, kalau keluarga besar Sanjaya itu, sangat tidak menyukai wanita mandul. Dan lagi, mereka juga tidak menyukai kehadiran mu. Di tengah-tengah keluarga terhormat itu,"

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang