CHAPTER 32

203 17 0
                                    

"Kakak tunggu!" Dipta berlarian sembari berteriak dilantai dua mansion.

Netra hitamnya tampak menilik pada punggung lebar Eliseo yang terbalut setelan suit hitamnya lengkap. Kedua langkah antara sepasang sepatu pantofel hitam dan sepatu converse khas anak sekolahan itu tampak melangkah bersamaan walau tak beriringan. Dipta berlarian kecil berusaha menyamai langkahnya. Pagi ini dirinya terbangun agak telat membuatnya harus segera siap. Netranya beralih menilik pada ponselnya yang kini menunjukkan pukul 08.9.

"Kak tu!--"

Dipta mendesis pelan, mengelus kepalanya sendiri yang barusan membentur permukaan bidang seseorang. Sontak Kepalanya mendongak menilik pada wajah Eliseo yang menjulang tinggi didepannya.

"Mengapa berlari?" Eliseo menaikkan sebelah alisnya, salah satu tangannya terangkat mengelus dahi adiknya yang terlihat memerah, entah apa yang pemuda itu tabrak didadanya hingga memerah keningnya.

"Ya! ngejar lo lah, lagian cepet amat lo jalan." Cetus Dipta sedikit kesal pada pria kaku itu yang malah balik bertanya padanya.

Eliseo hanya diam namun pria itu menghembuskan nafas beratnya. Eliseo tarik kerah Dipta, hingga tubuh pendek itu maju kedepan, mengikis langsung jarak diantara keduanya. Deruh nafas hangat kini terasa menderah dipucuk kepala Dipta.

"Perhatikan langkahmu." Kata Eliseo yang kini mengancingkan kancing teratas seragam Dipta. Lalu menarik bagian tengah dasi adiknya hingga kembali rapi.

"Emang kenapa kalo langkah aku gak diperhatiin?" Tanya Dipta tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Eliseo menarik sudut bibirnya, tersenyum miring pria itu sembari menekan pipi dalamnya menggunakan lidah. "Jika tidak, maka kau akan terjatuh didalam pengaruh alkoholmu sendiri." Ujar Eliseo sekenanya.

Merangkul bahu Dipta lalu membawa langka keduanya menuruni anak tangga. Dipta terdiam disisi Eliseo, mulutnya berdecak pelan saat ingat kejadian kemarin, saat ia tak sengaja menegak habis bir saat berada di apartemen raksa kemarin.

"Bergadang kan kamu semalem?" Rue tarik pelan telinga putranya hingga pemuda itu menyengir tepat didepannya. "Mom denger dulu, bukan gitu maksud aku, sebenernya aku gak ada niatan bergadang tapi--"

"Tapi gamemu yang meminta dimainkan. Begitu," Mathias menyahut dari ujung meja makan.

"Mulai sekarang, kamu gak boleh tidur sendiri. Harus sama Mom tidurnya, biar waktu tidur kamu teratur." Final Rue memutuskan apa yang baik untuk putra tunggalnya.

Dipta menjatuhkan rahangnya tak percaya dengan ungkapan mommynya. "Mom jangan gitu dong," Dipta menatap melas pada Rue.

Namun tubuhnya justru didudukan di kursi sebelah Mathias. "Mau membantah mom, hem?" Rue tangkup wajah putranya. Netra coklatnya beralih menilik pucuk surai putranya. Mengelusnya lembut seraya membenarkan tatanannya.

"Kamu putra mom, cuma mom yang berhak ngatur kamu. Cuma mom yang berhak lindungi kamu, dan cuma mom yang berhak dalam segala hal tentang kamu. Kamu putra satu-satunya mom, sayang." Afeksi kelembutan namun sisi tegas lebih mendominasi Rue saat ini.

Rue kecup lembut dahi pemuda itu dilanjut dengan mengelus lembut rahang Dipta. Netra keduanya bertemu cukup lama hingga akhirnya Dipta mengangguk pelan sembari menampilkan senyum tipisnya untuk Rue.

"Mom aku tambah telat!" Dipta memekik heboh seraya berdiri. Membuat Rue kembali mendudukkan putranya dikursi. "Habiskan susumu dulu. Kakakmu yang akan bicara pada pihak sekolah."

Dipta menegak susunya hingga tandas, lalu mengecup kedua pipi Rue tak lupa juga melangkah memutari meja makan kemudian mengecup pipi kanan Mathias.

Bugatti chiron pure sport milik Eliseo meninggalkan kawasan mansion elit Mathias, berkendara dengan kecepatan sedang dengan Dipta yang duduk dikursi sebelah kemudi Eliseo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRADIPTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang