Chapter - 14
"Papa beneran bakal stay di Surabaya?"
Raut bahagia yang tergambar di wajah Shaylee begitu mendengar Arka mengatakan bahwa pekerjaannya sudah pindah ke Surabaya. Artinya tidak hanya akhir pekan saja dirinya akan bertemu dengan sang papa. Kapanpun ia mau ia bisa menemui papanya itu.
"Iya, tapi senin besok papa masih harus balik ke Jakarta lagi buat nyelesaiin urusan yang belum clear"
"Berarti waktu aku masuk sekolah, Papa bisa nganter aku ya?"
"Bisa dong, cantik"
Senyum lebar Shaylee menular pada Arka. Kebahagiaan sederhana yang sedang mereka rayakan. Ayyara mengamati keduanya dari kursi meja makan. Melihat bagaimana senyum lebar putrinya yang terbentuk karena mendengar sang ayah akan senantiasa berada di dekatnya. Tak akan lagi dipisahkan oleh jarak.
Kepindahan Arka memang cukup mengejutkan untuknya. Terlalu mendadak baginya. Ia tahu bahwa seharusnya tidak semudah itu untuk dipindahtugaskan ke kantor lain. Semuanya terasa janggal. Tapi kejanggalan itu seolah tersapu bersih hanya dengan melihat bagaimana Shaylee menyambut dengan bahagia kabar itu.
Drt drt
Ponselnya di meja makan bergetar. Ada pesan masuk dari asisten pribadinya yang memang ia suruh untuk mencari detail tentang kepindahan Arka.
'Pak Arka akan menangani proyek baru pembangunan apartemen Amarnath'
Seperti yang ia duga, ada tangan-tangan lain yang jelas membantu Arkavian dan itu berasal dari keluarganya. Ia menebak ini kelakuan adiknya. Siapa lagi memangnya. Tentu Hestama tidak bergerak sendiri untuk memindahkan Arka ke sini. Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah mengapa adiknya itu sampai repot-repot begini? Apa Shaylee yang meminta? Jika memang begitu ia mungkin akan memberi sedikit peringatan kepada putrinya itu untuk tidak membuat permintaan semaunya sendiri. Terlalu banyak dituruti tidak bagus untuk Shaylee ke depannya.
"Aku membawakanmu kue lumpur. Kamu masih suka kue lumpur kan?"
Terlalu larut dengan isi kepalanya sendiri hingga tidak menyadari Shaylee sudah tidak lagi bercengkrama dengan Arka di ruang tengah. Putrinya itu bahkan sudah tidak terlihat di mana. Yang ada di depannya saat ini hanya mantan suami yang sedang menarik kursi di sebelahnya dan menyodorkan satu kotak berisi kue lumpur bakar varian kelapa muda. Salah satu kue kesukaannya.
"Masih"
Ayyara memberanikan diri menatap langsung pada manik kelam milik Arka. Pada saat-saat pertemuannya dengan Arka saat lelaki itu memohon padanya untuk diperbolehkan menemui Shaylee, Ayyara menatap mata itu dengan berani. Sekarang bukan tatapan penuh kobar api yang ia berikan. Bukan juga tatapan lembut. Justru pria di depannya ini yang menatapnya penuh kelembutan. Tatapan yang sama, yang pernah pria itu berikan padanya di masa-masa kebersamaan mereka. Kehangatan itu terpancar begitu nyata. Menggetarkan sesuatu dari dalam lubuk sanubarinya yang sudah lama tidak terketuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
General Fiction(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...