Chapter - 13
Minggu ini jadwal untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Setidaknya itu bisa membuat putrinya terdistraksi dari masalahnya dengan Arka. Jika dibilang ayah dan anak itu berbaikan rasanya tidak benar karena sepertinya Shaylee sudah berkirim pesan seperti biasanya dengan sang papa, namun putrinya itu kembali kesal pada papanya karena mendapat pesan dari pria itu yang menyatakan bahwa minggu ini tidak bisa ke Surabaya. Katanya sih harus ke Bandung untuk mengurus proyek. Itu yang Ayyara dengar dari dumelan sang putri. Ayyara pun tidak ingin mencoba mencari tahu. Saat ini, Ayyara sedang dalam mode memagari diri kembali dari sosok bernama Arkavian. Kejadian berkirim pesan beberapa hari yang lalu masih membuat hatinya tidak nyaman.
Mengemudikan mobilnya membelah jalanan menuju rumah orang tuanya, Ayyara melirik putrinya yang sedang sibuk dengan ponsel dengan bibir mengerucut.
"Kenapa sih bibirnya manyun gitu?"
"Papa belum bales chatku, Ma"
Ayyara hanya bisa geleng-geleng kepala. Putrinya itu memang jadi aktif menanyakan kegiatan-kegiatan papanya melalui pesan yang dikirimkan. Seakan sedang memantau Arka. Padahal beberapa hari yang lalu, putrinya itu sengaja tidak membalas pesan dari Arka sampai laki-laki itu bertanya padanya. Sekarang malah sibuk mencari-cari papa yang tidak membalas pesan. Memang bocah labil.
"Papa sibuk mungkin. Kan lagi di lokasi proyek"
Shaylee meluruhkan bahu. Gadis itu masih mencebik. Menatap tak minat kondisi jalan yang terlewati oleh mobil yang dikemudikan oleh sang mama. Bukan apa-apa, sejak papanya itu mengabarkan jika hari ini tidak bisa datang ke Surabaya, membuatnya memikirkan beberapa kemungkinan buruk. Setidaknya buruk untuknya.
"Papa lagi nggak sibuk sama si Key kan, Ma?"
Ayyara hanya menghela napas mendengar pertanyaan sang putri. Sejak dipertemukan dengan papanya, Shaylee memang lebih posesif kepada Arka. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu. Tidak jarang gadis itu menunjukkan kecemburuan kepada Keyra yang selama ini mendapatkan perhatian Arka sebelum pria itu tahu siapa Shaylee. Sedari awal, Ayyara sudah memprediksi hal ini. Ia pun sebisa mungkin memberikan penjelasan dan pengertian kepada Shaylee. Dulu pun ia bertanya-tanya apakah hubungan antara Arka dan Keyra bisa diterima dengan lapang oleh Shaylee. Putrinya itu mengatakan bahwa tidak apa-apa jika ada anak lain yang juga memanggil papanya dengan sebutan ayah, yang penting ia diberikan akses untuk mengenal papanya. Shaylee pun meyakinkan Ayyara bahwa gadis itu tidak akan terluka dengan fakta soal Arka dan Keyra. Namun apa yang diharapkan dari seorang gadis yang beranjak remaja. Labil sudah menjadi nama tengah bukan? Ayyara juga pernah muda, jadi ia tahu apa yang dialami putrinya.
Apapun yang dirasakan oleh Shaylee memang tidak mudah. Posisi mereka saat ini tidak pernah menjadi mudah. Oleh karena itu, tidak salah kan jika ia membutuhkan berpikir beratus-ratus kali untuk mengambil keputusan soal memberitahukan perihal Arka kepada Shaylee. Bagaimanapun hubungan Arka dan putri angkatnya itu akan memberikan gores luka tak kasat mata pada Shaylee. Sekuat apapun Shaylee membuatnya yakin bahwa tidak ada masalah dengan fakta itu, sebagai ibu, Ayyara bisa melihat kesedihan yang terpancar di mata putrinya saat mereka mulai membahas soal Arka, Keyra, dan Anjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
Ficción General(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...