Chapter - 02
"Kenapa Mbak nggak bilang ke aku? Anak itu anakku kan?"
Arka menatap kakaknya yang duduk di sofa seberang. Ia menuntut jawaban dari sang kakak. Bagaimana bisa kakaknya ini berhubungan dengan Ayyara tanpa memberitahunya sama sekali. Ini hal yang besar dan kakaknya itu tidak mengatakan apapun padanya. Bukan salah Arka jika dirinya marah kan?
"Kami berhubungan kembali sejak 3 bulan yang lalu. Ayyara yang menyuruh Mbak untuk nggak bilang apa-apa ke kamu, untuk alasannya kenapa Mbak nggak ada hak untuk menjelaskan. Tanyakan sendiri ke Ayyara"
Arka tidak puas sama sekali dengan jawaban Wanda. Laki-laki itu mengusap kasar wajahnya. "Shaylee, Caca. Anak itu benar anakku?"
Tidak ada jawaban sama sekali. Netranya menatap kakaknya yang diam tidak ada niatan untuk menjawab pertanyannya. Pandangannya beralih pada sang ibu yang duduk di sisinya. Tatapan mata yang diberikan oleh wanita itu membuatnya secara tidak langsung paham. Detik berikutnya, keluar kekehan ringan dari bibir Arka. Kekehan itu menjadi tawa, tawa yang keluar untuk menertawakan dirinya sendiri.
"Kalian tidak ada niatan memberitahuku sama sekali?"
Terselip nada kecewa dalam suaranya. Tidak menyangka bahwa keluarganya sendiri akan menyembunyikan hal besar seperti ini darinya.
"Ayyara melarang kami memberitahumu"
"TAPI ANAK ITU ANAKKU"
Ledakan emosi itu tidak bisa dihindarkan. Dadanya naik turun karena emosi yang sudah melambung. Arka menatap satu persatu anggota keluarganya. Tidak menyangka bahwa mereka bahkan bersekongkol untuk menjauhkannya dari sang putri. Putri yang tidak pernah ia tahu keberadaannya.
"Arka, jangan membentak ibumu. Coba renungkan dirimu sendiri. Atas dasar apa kau menyatakan kalau Caca anakmu? Atas dasar apa kamu mengakui kalau Caca itu anakmu? Bukannya selama ini kamu sibuk memainkan peran ayah-anak dengan anak Anjani?"
Wanda juga tersulut emosi. Janar yang ada di sisinya, mengelus bahu istrinya berharap dapat meredekan emosi yang sedang tumpah ruah. Arka yang mendengar apa yang baru saja kakaknya itu katakan tidak lagi mencoba mendebat. Lelaki itu menundukkan kepala seolah menuruti ucapan sang kakak untuk merenungkan diri.
***
Arka tidak bisa mengenyahkan pikiran yang sudah mengganggunya berhari-hari. Di depannya, pekerjaannya menumpuk di atas meja. Sementara dirinya tidak bisa fokus sama sekali. Sudah dua hari sejak ia kembali dari Surabaya. Dengan hati berat dan pikiran penuh. Arka kembali memikirkan pertemuannya dengan mantan istrinya dan fakta bahwa dirinya memiliki seorang putri dari pernikahannya dulu.
Siang itu, sebelum Arka sempat menanyakan maksud dari perkataan Shaylee tentang memanggilnya papa, Ayyara lebih dulu mendekat dan menggeser tubuh putrinya membuat perempuan itu yang menggantikannya berhadapan dengan Arka. Arka masih ingat senyum yang dilemparkan padanya. Senyum itu, Arka tidak memahami arti senyum itu. Kala itu pikirannya sudah terlampau kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
Fiksi Umum(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...