Chapter - 36
Hari Minggu, Shaylee dan mama-papanya sudah punya rentetan agenda yang akan dilakukan bersama. Mereka berolahraga bersama. Ikut bergabung bersama banyaknya orang di alun-alun Sidoarjo yang tampak ramai di hari minggu.
Arka menginap di rumah Ayyara kemarin. Kalau tidak ingat mereka belum terikat pernikahan rasanya Arka ingin pindahan saja ke rumah Ayyara. Sayangnya Arka masih tahu bahwa hal itu tidak etis untuk dilakukan. Menginap terlalu sering juga tidak etis sebetulnya –tapi Arka memilih masa bodoh saja untuk yang satu itu. Beruntung tetangga Ayyara bukan orang-orang yang julid. Perumahan Ayyara yang tergolong menengah ke atas itu berisi orang-orang yang individualis. Mereka kebanyakan sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Atau mungkin ibu-ibu sosialita yang memiliki jadwal arisan yang banyak di luar ketimbang berdiam diri di rumah. Urusan rumah sudah pasti diurusi oleh para asisten rumah tangga.
Kedua orang tua dan anak itu bersepeda. Arka membeli sepeda baru yang langsung dikirim ke rumah Ayyara. Ketiganya dengan semangat mengayuh sepeda ke alun-alun dan memutar beberapa kali di sana. Sebelum akhirnya berhenti di sebuah warung tenda bubur ayam
Jangan tanya seberapa senangnya Shaylee. Karena hubungan mama dan papanya yang katanya mengalami kemajuan itu, Shaylee semakin sering menghabiskan waktu bertiga bersama kedua orang tuanya. Tidak ada hal lain yang sangat Shaylee syukuri selain hal itu. Kesenangan sederhana yang bagi Shaylee harus menunggu selama 11 tahun untuk mendapatkannya.
"Kalau orang-orang tau aku membawa keturunan keluarga Amartya makan di pinggir jalan seperti ini mereka pasti sudah memakiku sebagai lelaki tak bermodal" bisik Arka pelan di sebelah telinga Ayyara. Tidak berani berbicara keras. Cukup hanya didengar oleh Ayyara. Perempuan itu menanggapinya dengan tawa.
"Well, sepertinya begitu. Tapi aku dan Caca yang ingin makan dipinggir jalan bersamamu"
Arka memiliki banyak uang untuk mengajak Ayyara dan Shaylee makan di rumah makan yang lebih pantas ketimbang makan di warung tenda pinggir jalan seperti ini. Tapi justru Ayyara dan Shaylee lah yang menyeretnya ke sini. Katanya ini adalah bubur ayam favorit mereka sejak lama. Kalau dilihat-lihat kadang Ayyara dan Shaylee tidak berperilaku layaknya seseorang yang lahir dengan sendok emas.
"Asal sama papa" sahut Shaylee. Anak gadisnya itu tersenyum lebar lalu kembali menyendok dengan lahap bubur ayam yang sudah dihidangkan di depannya.
Kebahagiaan sederhana yang membuat Arka rela melakukan apapun agar kehangatan seperti ini bisa dilaluinya terus menerus.
***
Setelah kembali ke rumah Ayyara untuk mandi. Mereka bertiga berangkat lagi. Kali ini tujuannya adalah ke pusat perbelanjaan. Mobil yang dikendarai Arka membawa mereka ke mal. Jalan-jalan ke mal bertiga seperti ini baru dilakukan mereka saat ini. Sebelumnya kalau tidak dengan mamanya saja ya dengan papa saja. Baru kali ini jalan bertiga seperti sebuah keluarga utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
General Fiction(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...