(n.) running your fingers through the hair of someone you love
Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah keluar dari rumah sakit, Shaylee beristirahat di rumah selama dua hari lagi sebelum akhirnya diperbolehkan Ayyara untuk kembali bersekolah. Perempuan itu tidak henti-hentinya mewanti-wanti putrinya untuk memperhatikan apa yang dimakannya. Ayyara tidak melarang jika Shaylee ingin ikut saling bertukar makanan bersama teman-temannya yang lain, hanya saja Shaylee perlu memperhatikan apa yang akan dimakannya itu. Kuping Shaylee rasanya pengang, beruntung ada sang papa yang akhirnya bisa membuat mamanya mengalihkan topic, tidak melulu tentang Shaylee yang harus menjaga pola makan.
Sudah sebulan sejak insiden Shaylee. Mereka melupakan tentang ketegangan yang sempat tercipta kala Shaylee terbaring lemas. Kehidupan 'keluarga' itu kembali tenang. Arka pun semakin lengket dengan Ayyara. Meskipun ada saat-saat Arka akan termenung sendirian. Kadang kali setelah menghabiskan waktu bersama Shaylee dan Ayyara, Arka akan termenung memikirkan penyesalannya sendiri. Mratapinya sendirian –karena memang harus seperti itu. Kendati demikian Arka tidak menunjukkannya. Arka sudah berjanji pada Ayyara untuk tidak mengungkit hal itu hadapan sang perempuan. Jika bersama Ayyara maupun Shaylee, Arka tidak akan memikirkan hal lain selain kebersamaan mereka.
Walau Arka tidak menunjukkannya pada Ayyara, perempuan itu tahu bahwa Arka kerap kali merenung sendirian. Ia kerap kali menemukan Arka terdiam dengan pandangan kosong dan hampa. Seolah-olah nyawa pria itu ada di tempat lain. Itu menunjukkan bahwa pria itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri –Ayyara jelas tahu apa isi pikiran pria itu. Ayyara tidak mengganggu saat-saat Arka terdiam sendiri setelah selesai menghabiskan waktu dengan dirinya maupun Shaylee. Memang sudah seharusnya kan Arka bergelut dengan penyesalannya sendiri. Setidaknya dengan demikian, Ayyara bisa mengetahui jika Arka benar-benar menyesali apa yang sudah terjadi pada kehidupan mereka yang disebabkan oleh perbuatan pria itu.
***
Ayyara sedang menghabiskan waktu di ruang baca. Perempuan itu berdiri di depan rak buku berbahan kayu yang menjulang tinggi. Di ruangan itu ada beragam jenis buku. Setiap buku ditata berdasarkan jenis buku. Ada satu rak penuh berisi novel atau buku fiksi lainnya. Buku lain tentang pengembangan diri, budaya, karya seni, dan juga buku-buku lain yang berhubungan dengan pekerjaan Ayyara. Ruangan itu sudah seperti surga bagi pecinta buku. Sedari muda memang Ayyara gemar mengoleksi novel.
Saat Ayyara sedang asyik memilah-milah buku yang akan dibaca. Ada sepasang lengan tiba-tiba membelit pinggangnya. Bahu Ayyara juga memberat karena seseorang menumpuhkan dagu di sana. Ayyara bisa merasakan hembusan napas yang menerpa kulit lehernya. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Arkavian Pranadipa.
"Hari ini sudah jatuh cinta kepadaku belum?"
Ayyara memutar bola matanya bosan. Perempuan itu meraih asal novel yang masih tersegel dari rak. Matanya melirik Arka sekilas dari samping. Laki-laki itu nyaman sekali menumpuhkan dagu ke bahunya, belum lagi hidungnya mulai mengendus-endus leher Ayyara. Membuat perempuan itu merasa geli bukan main.