37[b]

15.2K 891 147
                                    

Chapter - 37[b]

Hari kesepuluh Keyra dirawat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kesepuluh Keyra dirawat. Ada kemajuan pesat pada kondisi gadis itu. Luka-luka lecet di tubuhnya sudah mulai memudar. Keyra juga sudah tidak lagi mengalami gejala muntah akibat cedera kepalanya. Tubuhnya kian hari sudah semakin kuat dan tidak lemas. Selanjutnya Keyra hanya perlu fokus pada pemulihan patah tulang kakinya. Dokter berkata jika kondisi Keyra berkembang cukup pesat.

Arka dengan sigap membantu Keyra meminum obat. Setelah mengeluarkan butir-butir obat dari bungkusnya dan memberikannya satu persatu kepada Keyra serta memegangi gelas berisi air yang membantu gadis itu menelan banyaknya pil yang harus dimakan. Begitu menghabiskan seluruh butir obatnya, Keyra dibantu berbaring. Arka merapikan selimut yang menutupi Keyra sampai sebatas dada.

"Tidur. Kamu perlu banyak istirahat biar cepet sembuh"

"Ayah bakal jagain aku di sini kan?"

Arka mengukir senyum kepada Keyra yang mengharap jawaban darinya. Tangan besar pria itu mengelus puncak kepala Keyra. Membuat gadis itu tersenyum lebar karena rasa hangat yang terasa akibat dari gerakan tangan Arka.

"Om bakal jagain kamu. Sekarang tidur"

Keyra mengabaikan bagaimana Arka membahasakan diri untuknya. Berkali-kali Arka menyebut dirinya sebagai 'om' di depan Keyra. Yang tidak Keyra tanggapi dengan serius. Keyra masih saja memanggil Arka dengan sebutan 'ayah'. Barangkali Keyra memang masa bodoh dengan Arka yang ingin menegaskan hubungan apa yang sebenarnya ada di antara mereka. Sedari awal mereka bukanlah sepasang ayah dan anak. Hanya orang asing yang kebetulan menjadi dekat karena keadaan.

"Key sudah tidur?"

Arka sampai lupa jika di ruangan rawat ini ada Anjani yang sedari tadi menjadi penonton di sofa. Keyra memang tidak mau dibantu oleh Anjani saat ada Arka di sini. Ibu satu anak itu hanya bisa pasrah saat Keyra hanya mau ditangani oleh Arka. Apapun yang putrinya itu inginkan, Anjani hanya berusaha memenuhinya. Seperti sekarang, ia akan mencoba peruntungan. Siapa tahu ia akan beruntung hari ini.

Balasan anggukan dari Arka membuat Anjani melanjutkan niatnya. Perempuan itu menepuk sisi sofa yang kosong. Memberikan intruksi kepada Arka untuk duduk di sisi kosong itu. "Bisa kita bicara sebentar?"

***

"Aku mau minta tolong"

Ada perasaan was-was yang dirasakan oleh Arka saat Anjani mengutarakan niatnya. Arka mengamati perempuan itu yang sedang duduk di sebelahnya dengan menundukkan kepala dan kesepuluh jari yang saling memilin di atas pangkuan. Ada getar dalam nada suara Anjani. Mengingatkannya pada masa lalu saat perempuan itu meminta pertolongan padanya.

Arka tidak serta merta menjawab. Pria itu menunggu Anjani melanjutkan kalimatnya sembari menebak-nebak pertolongan seperti apa yang Anjani inginkan darinya. Untuk materi rasanya tidak. Perempuan itu sudah memiliki cukup uang untuk menghidupi dirinya sendiri dengan Keyra. Biaya rumah sakit juga sudah ditanggung asuransi. Tidak ada masalah finansial. Hal itu semakin membuat Arka tidak tenang memikirkan pertolongan jenis apa yang diinginkan oleh perempuan ini.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang