34

12.2K 728 12
                                    

Chapter - 34

Keesokan harinya suasana hati Ayyara tampaknya sudah membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya suasana hati Ayyara tampaknya sudah membaik. Subuh-subuh ketika bangun, perempuan itu tidak mengamuk seperti dugaan Arka karena dipindahkan tanpa izin. Justru Ayyara yang menepuk bahu Arka pelan di sofa yang tidak jauh dari ranjang rawat Shaylee. Pria itu tertidur dengan posisi tubuh tertekuk karena sofa yang tidak bisa menampung keseluruhan tubuhnya. Ayyara membangunkan pria itu dan menyuruhnya untuk beristirahat dengan nyaman di kamar yang diperuntukkan untuk penunggu pasien. Saat dibangunkan dan pindah, nyawa Arka belum sepenuhnya terkumpul. Tubuhnya juga masih pegal-pegal, jadi menurut saja ketika didorong untuk berbaring di ranjang yang lebih empuk dan melanjutkan tidur.

Baru ketika bangun, Arka mengulang ingatan kabur beberapa jam sebelumnya. Saat Ayyara menyuruhnya untuk pindah. Sebuah senyum terukir di bibirnya, menyadari jika Ayyara tidak lagi bersikap dingin. Sepertinya kemarin memang emosi Ayyara menjadi naik-turun karena kejadian yang menimpa Shaylee memicu ingatan tidak menyenangkan di masa lalu.

Saat keluar dari kamar, ada orang tua Ayyara yang datang. Surya dan Ilana terlihat sedang mengobrol dengan cucu mereka yang tampak lebih segar dari semalam. Putri Ayyara dan Arka itu sudah duduk bersila di atas ranjang rawatnya dan bercerita dengan antusias. Entah apa yang sedang diceritakan oleh cucu sulung dari Keluarga Amartya itu.

"Oh Arka. Sudah bangun?"

Itu Ilana yang langsung menyadari keberadaan Arka. Perempuan yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah setengah abad lebih itu mengulas senyum hangat kepada Arka. Hal itu membuat Arka sedikit tertegun. Meski tidak pernah menunjukan sikap tak bersahabat kepadanya dengan kentara selama perpisahan Arka dan Ayyara, kali ini Arka merasakan jika sikap perempuan itu sudah kembali seperti dulu. Dulu, saat Arka masih menjadi bagian dari keluarganya.

Sementara papi Ayyara –Surya Amartya meliriknya dan memberi anggukan sekilas. Pria paruh baya yang memakai setelah rapi itu sedang mengobrol dengan sang cucu. Arka asumsikan pria itu akan langsung bekerja setelah menjenguk cucunya. Bagaimanapun memang pekerjaan pria itu berada di gedung ini. Menjadi pemimpin salah satu rumah sakit besar di kota ini sebelum akhirnya kepemimpinan itu diturunkan kepada putranya.

"Tadi Ayyara minta mami buat bawain kamu baju. Kamu bisa mandi dulu." Ujar ibu Ayyara itu sambil menunjukkan tas kertas yang berada di atas sofa. Laki-laki itu kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Tidak melihat keberadaan Ayyara di sana. Kemana perempuan itu? Padahal kemarin sama sekali tidak mau beranjak dari sisi putrinya.

"Terima kasih. Emm, Ayyara kemana ya?"

"Oh dia keluar sebentar cari angin katanya. Kamu pasti tahu dia dimana sekarang"

Otak Arka memproses kalimat ibu Ayyara itu. Iatahu tempat yang dimaksud oleh sang mantan mertua. Pria itu bergegas untukmasuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuh. Hari ini ia tidak akan berangkatbekerja. Semalam ia sudah izin kepada HRD untuk cuti selama satu hari. Hari ini,ia akan mendedikasikan waktunya untuk merawat Shaylee.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang