Chapter - 22
Setelah percakapan malam itu, hubungan antara Ayyara dan Arka menjadi lebih dingin. Arka terlalu canggung untuk bertegur sapa dengan Ayyara. Sementara sikap Ayyara tidak menunjukkan perubahan signifikan. Acuh tak acuh seperti biasanya. Perempuan itu juga sedang disibukkan dengan pameran yang akan diselenggarakan. Ada banyak hal yang perlu diurus. Sekarang Ayyara bekerja sepenuhnya di galeri. Jika sebelumnya ada hari-hari di mana perempuan itu akan berada di studio pilates, kali ini Ayyara memusatkan perhatian penuh pada galeri.
Walaupun cukup sibuk, Ayyara menyempatkan diri untuk menghilangkan penat. Shaylee sudah merongongnya untuk mengambil jeda sejenak dari pekerjaan dan mencari penghiburan untuk diri sendiri. Putrinya itu bahkan sudah berencana untuk mengajaknya berlibur jika pameran sudah selesai.
Menuruti saran dari sang putri untuk melepas penat. Ayyara membuat janji dengan Danisha untuk bertemu. Mengobrol singkat dengan temannya sambil minum teh sepertinya ide yang bagus. Danisha sudah beberapa kali mengajaknya untuk keluar.
Ayyara mengemudikan mobilnya sendiri. Giana sudah ia suruh pulang karena janji temunya dengan Danisha berada di luar jam kerja asprinya itu.
Mobil Ayyara berhenti di lahan parkir sebuah tea house yang menjadi langganannya dengan Danisha.
"Ini dia teman super sibukku"
Ayyara hanya terkekeh menyambut gurauan dari Danisha. Ayyara duduk di meja yang sudah ia reservasi untuk dua orang. Setelah mengatakan pesanannya, Ayyara dan Danisha mulai larut dalam obrolan-obrolan ringan.
"Anakmu mana? Nggak ikut?"
"Dia lagi di rumah Omanya. Kalau Caca gimana? Di rumah sendirian sama Bude Sari? Wah siapa yang menyangka Ayyara sudah bisa meninggalkan anaknya bersama orang lain. Kalau dua tahun yang lalu sih nggak bakal percaya ya"
Lagi-lagi Ayyara tertawa menanggapi ujaran Danisha. Ia memang begitu protektif pada Shaylee sampai akhirnya mulai bisa mengurangi kadar keprotektifan itu saat Shaylee berusia 8 tahun. Ia mulai bisa melepaskan Shaylee dari pandangannya sedikit demi sedikit.
"Dia sama papanya"
"Arka?"
"Iya siapa lagi memangnya"
Ayyara menyeruput teh yang sudah disajikan di meja bersama sepotong cheese cake yang ia pesan.
"Arka sepertinya menjadi ayah yang sangat baik untuk Caca. Kekhawatiranmu sama sekali tidak terbukti"
Ayyara berhenti mengunyah, tangannya yang sempat menyendok cheese cakenya pun terhenti. Sorot mata perempuan itu mulai berubah saat Danisha menyebut nama mantan suaminya itu. Masih terekam bagaimana pembicaraan panjang mereka beberapa hari yang lalu. Raut sendu Arka selalu membayanginya beberapa hari ini. Itu sungguh membuatnya kesal. Beruntung ia bisa mendistraksinya dengan menyibukkan diri pada pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafuné
General Fiction(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menjadi pasangan hidupnya. Impian sederhana Ayyara itu mulai terwujud berkat pria itu. Namun, Ayyara har...