21

11K 719 52
                                    

Chapter - 21

Kekecewaan Ayyara pada Arka yang memilih tidak menyusulnya hari itu begitu menusuk hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekecewaan Ayyara pada Arka yang memilih tidak menyusulnya hari itu begitu menusuk hatinya. Katakanlah memang dirinya ini plin-plan pada saat itu. Ia sendiri yang memutuskan pergi tapi berharap akan disusul. Bodoh sekali dirinya kala itu. Terlebih egonya melambung tak bisa dikendalikan. Ia merasa Arka telah melukai egonya. Kepercayaan dirinya pun dikuliti oleh pria itu karena lebih memilih orang lain ketimbang istrinya sendiri.

Bisa-bisanya dirinya sempat berpikir ingin melihat sejauh apa Arka akan mempertahankannya. Oh Arka memang mencoba mempertahankannya, terbukti dari pria itu yang akhirnya menyusul Ayyara di rumah kedua orang tuanya. Sayangnya Ayyara sudah terlanjur kecewa, egonya sekali lagi menang atas kendali otak dan hatinya. Demi mempertahankan ego dan harga diri yang sempat terjun bebas karena Arka yang menduakannya –oh bolehkan dirinya menyebutnya begitu? – Ayyara memilih melepaskan pria itu.

Tidak pernah ada kecurigaan kala itu. Saat-saat dimana Arka memilih berangkat lebih pagi atau saat laki-laki itu pulang terlambat. Ayyara pikir memang Arka sedang sibuk dengan pekerjaanya. Apalagi saat itu Arka masih arsitek muda ada banyak pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya.

Ayyara tidak ambil pusing, dirinya pun sibuk juga dengan pekerjaannya sebagai staff pengelola pameran dan kemitraan di galeri. Keluarganya sempat menawarkan posisi yang lebih bagus –mengurus galeri seni milik mereka sendiri, tapi karena pekerjaan itu adanya di Surabaya, Ayyara menolaknya karena mengikuti sang suami yang bekerja di Bandung. Lagipula ia ingin berusaha dengan usahanya sendiri.

Kesibukannya membuat Ayyara tidak memperhatikan jadwal pulang Arka yang mulai tidak teratur. Jika saja hari itu Ayyara tidak datang ke kantor Arka untuk mengajak pria itu makan siang bersama karena kebetulan Ayyara ada urusan pekerjaan di dekat kantor Arka, maka Ayyara tidak akan menyadari kejanggalan yang ada.

"Mas Arka udah keluar tadi, Mbak"

Begitulah yang disampaikan oleh seorang pegawai yang bekerja di bagian administrasi. Ayyara mengecek ponselnya, ia sempat mengirim pesan kepada sang suami yang isinya ajakan untuk makan siang bersama 30 menit lalu. Tidak ada balasan, oleh karenanya Ayyara memutuskan untuk langsung datang ke kantor Arka.

Baru kali itu Ayyara menyadari ada sesuatu yang janggal. Melihat pesan-pesannya sebelumnya yang selalu ia kirimkan saat jam makan siang. Ayyara selalu mengirim pesan kepada suaminya di jam makan siang, hanya untuk bertanya apakah lelaki itu sudah makan dan menu apa yang dimakan oleh sang suami. Kadang kali jika Ayyara membawakan bekal, pesan Ayyara akan berisi peringatan agar Arka tidak lupa membawa kotak bekalnya pulang. Arka tidak pernah menggantungkan pesannya begitu lama. Pria itu selalu membalas cepat saat ia mengirimkan pesan-pesan di waktu makan siang karena sedang bebas dari pekerjaan. Beberapa waktu ini, Arka sering menggantungkan pesannya hingga berjam-jam. Pertanyaan 'sudah makan siang', 'makan apa hari ini' sudah jarang ditanggapi oleh Arka karena pria itu bahkan baru membalas beberapa jam kemudian.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang