26

15.5K 938 57
                                    

Chapter - 26

Shaylee terlentang di atas kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaylee terlentang di atas kasurnya. Beberapa koleksi bonekanya berantakan karena gadis itu sedikit melampiaskan emosinya dengan mengacak-ngacak boneka itu. Tidur di tengah-tengah bonekanya yang semrawut itu, Shaylee memandang langit-langit kamarnya yang berwarna pink. Pandangannya kemudian turun ke arah dinding di depannya. Ada fotonya bersama sang papa yang diambil bulan lalu. Sengaja ia cetak dan ia masukkan figura. Selama beberapa detik, Shaylee memandangi figura foto itu.

Masih terekam di kepalanya seperti apa senyum lebar Keyra saat bersama papanya tadi. Lalu menjadi sangat kaku saat berhadapan dengannya.

Untuk apa dia datang ke Surabaya? Apa jangan-jangan mengikuti papanya untuk tinggal di sini? Mereka akan sering menghabiskan waktu bersama seperti dulu? Shaylee mencebik saat mengingat pernah berbicara pada mamanya bahwa ia bisa membagi papanya. Sekarang saat dipraktikan langsung, Shaylee membara karena ketidakrealaan.

Ceklek

Pintu kamarnya terbuka. Shaylee langsung melarikan pandangan menuju ke arah pintu yang sudah terbuka. Wajahnya semakin masam saat mendapati tubuh papanya berdiri di sana. Pasti mamanya tidak mendengar apa yang diucapkannya tadi.

Shaylee bersikap acuh tak acuh pada Arka yang sudah berjalan mendekati ranjang. Matanya menangkap beberapa boneka yang berserakan di lantai. Manik Arka menangkap satu boneka yang sangat dikenalinya. Tubuhnya merunduk untuk meraih boneka itu di lantai. Boneka cheetah yang ia hadiahkan untuk Shaylee saat kedua kalinya bertemu dengan gadis itu dan pertama kali mengenalkan diri dengan lebih layak. Boneka yang ia pilih sendiri untuk membuat putrinya itu terkesan pada pertemuan kedua mereka.

Arka membawa boneka itu dalam tangannya. Pria itu kemudian duduk di sisi ranjang, menatap putrinya yang tidak mau memandangnya. Arka paham betul jika putrinya itu sedang marah. Marah karena ia berbohong, marah karena dia bersama Keyra.

"Ca..."

"Aku belum mau ngomong sama papa. Papa mending pulang aja"

Arka menarik napasnya susah payah. Ia tidak akan menuruti perintah Shaylee. Laki-laki itu justru menetap dan semakin lekat memandangi putrinya yang tidur memejamkan mata. Jelas tahu itu taktik yang digunakan Shaylee agar dirinya segera menyingkir dari sana.

"Bangun dulu. Dengerin papa"

Shaylee yang mendengar nada papanya yang sarat akan permohonan akhirnya membuka matanya. Gadis itu juga akhirnya mau memandang sang papa yang saat ini menatapnya sendu. Manik hitam itu menyiratkan sebuah penyesalan.

Arka mengulas senyum tipis saat Shaylee bangun lalu duduk bersila di depannya. Raut wajahnya datar, tidak menunjukkan ekspresi ceria seperti biasanya. Arka menyalahkan diri sendiri karena sudah membuat wajah ceria itu lenyap hari ini.

"Papa minta maaf. Papa udah bohong sama Caca. Nggak akan ada pembelaan apapun karena papa memang salah."

Shaylee mendengus. Tapi tidak tega juga melihat gurat sendu di wajah sang papa. Lihat saja, rambutnya berantakan tak teratur, beberapa bagian kemejanya terlihat kusut. Penampilan papanya yang biasanya klimis sama sekali tidak tertampilkan sekarang.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang