16

12.5K 717 8
                                    

Chapter - 16

Ayyara melirik jam tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayyara melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah dua siang. Biasanya Giana sudah siap untuk mengantarnya pulang. Sayangnya karena perempuan itu absen hari ini dan Ayyara tidak membawa mobil sendiri, ia jadi harus memilih alternatif lain. Shaylee pulang pukul 3 karena full day school.

Ayyara berdiri dari kursinya dan bergerak meninggalkan ruangan. Berniat untuk mengcek lukisan yang tadi baru datang dan dipajang di aula pameran. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Arka berdiri menatap ke salah satu lukisan yang terpajang di dinding. Ada apa pria itu datang kemari?

Dengan langkah cepat Ayyara menghampiri pria itu yang sama sekali tidak terganggu. Matanya fokus pada lukisan di depannya. Pandangan mata Ayyara mengikuti pusat perhatian Arka. Matanya sedikit membola mengetahui apa yang dipandangi oleh Arka. Itu lukisan karya neneknya yang memang selalu terpajang di sana. Tidak pernah dipindahkan, sebagai tanda bahwa galeri ini memang didedikasikan untuk sang nenek.

Sebuah lukisan bunga primrose

***

Arka sengaja datang ke galeri Ayyara. Hari ini ia mendapat keringanan dari atasan, boleh datang terlambat dan pulang lebih cepat. Nikmat sekali hidupnya bukan? Setelah menyelesaikan konsep rancangan untuk proyek apartemen Amarnath, Arka melajukan mobilnya menuju tempat Ayyara. Sebelumnya ia sempat mengirimkan pesan pada Giana untuk memastikan perempuan itu ada di galeri atau mungkin sudah berada di tempat lain. Ia terpaksa menghubungi aspri mantan istrinya itu karena Ayyara tak kunjung membalas pesannya. Akhirnya ia tahu bahwa Giana tidak bekerja hari ini, jadi sudah pasti Ayyara tidak memiliki tumpangan yang mengantar perempuan itu pulang. Kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh Arka.

Saat sampai di galeri. Ia masuk sebagai pengujung. Melihat-melihat kondisi galeri yang sudah lama tidak ia kunjungi. Sekarang galeri ini tidak hanya memajang lukisan milik nenek Ayyara, tapi menerima lukisan dari pelukis lain. Beberapa kali juga mengadakan event pameran maupun lelang. Selain lukisan, ada juga karya seni lain, seperti seni patung dan kriya.

Arka memutari ruangan yang digunakan untuk memajang seni lukis. Aula yang digunakan masih sama seperti terakhir kali ia kemari belasan tahun yang lalu. Hanya saja desain ruangan mengalami sedikit perubahan.

Kakinya melangkah perlahan. Arka melihat satu persatu lukisan yang dipajang, hingga langkahnya berhenti dan matanya menatap lurus sebuah lukisan yang ada di depannya. Lama ia mengamati lukisan itu, hingga memori masa lalu mulai terputar di kepalanya. Bayangan-bayangan memori yang tampil tentu saja berhubungan dengan Ayyara.

Sebuah langkah mendekat. Arka tahu siapa yang mendekat ke arahnya, tapi ia tidak merubah pandangan. Atensinya masih tertuju pada lukisan di depannya. Ia merasakan tubuh seseorang berhenti di sebelahnya. Selama beberapa detik, Arka membiarkan kesunyian melingkupi keduanya.

"Kamu masih ingat pertama kali mengajakku ke sini?"

Ayyara menoleh ke samping saat mendengar pertanyaan dari Arka. Pria itu tetap memusatkan perhatian pada lukisan di depannya. Walau demikian, pria itu menunggu jawaban dari Ayyara.

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang